Fakta-fakta 'Perang' Kota di Marawi dan Dugaan Keterlibatan 7 WNI

Fakta-fakta 'Perang' Kota di Marawi dan Dugaan Keterlibatan 7 WNI

Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
Jumat, 02 Jun 2017 09:49 WIB
Fakta-fakta Perang Kota di Marawi dan Dugaan Keterlibatan 7 WNI
Militer Filipina terus memburu milisi yang dinyatakan terafiliasi dengan ISIS di Kota Marawi. Hingga saat ini 61 milisi, 15 tentara, dan 2 pollisi telah tewas dalam pertempuran. (Foto: Reuters)
Jakarta - Kota Marawi, Filipina, jadi sorotan dunia dalam sepekan terakhir. Sebabnya, ada perang yang berkaitan dengan isu global dan mengakibatkan ratusan penduduk setempat diungsikan. Beberapa warga negara Indonesia (WNI) disinyalir terlibat. Sebenarnya apa yang tengah terjadi? Kenapa ada WNI di krisis tersebut?

Marawi terletak di Filipina bagian selatan, tepatnya di Pulau Mindanao. Beda pulau dengan Manila, Ibu Kota Filipina. Secara geopolitik, Marawi masuk dalam Provinsi Lanao del Sur dan berstatus daerah otonomi muslim. Berdasarkan sensus 2015, jumlah penduduknya 205 ribu jiwa.

Pada Selasa, 23 Mei 2017, perang pecah antara militan dan pasukan pemerintah. Sejauh ini, Jumat (2/6/2017), 120-an militan tewas dan 8 ditangkap. Sedangkan di pihak pemerintah, 30-an prajurit tewas, 6 hilang, dan 60-an terluka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Berikut fakta-fakta perang Malawi:

Pengibaran Bendera Mirip ISIS

Foto: pool
Perang dimulai sekitar pukul 14.00 waktu setempat, Selasa (23/5/2017) saat pasukan pemerintah menggerebek tempat diduga persembunyian Isnilon Hapilon, pimpinan Abu Sayyaf yang paling dicari duniaβ€”terutama Amerika Serikat. Operasi tak mulus. Malah pasukan pemerintah mendapat serangan balik dari 100-an orang bersenjata yang diduga anggota kelompok Maute.

Aksi militan Maute menjadi-jadi. Mereka menguasai Rumah Sakit Anai Pakpak dan meminta pegawai meninggalkan RS, lalu mengganti bendera Filipina dengan bendera menyerupai Islamic State an Iraq Syria (ISIS). Mereka juga menduduki Marawi City Hall (balai kota) dan penjara. 100-an narapidana kabur akibat aksi itu.

Pemerintah Filipina mengerahkan tentara dan polisi untuk mencegah situasi memburuk. Dar-der-dor terjadi di Kota Marawi. Perang kota pecah! Penduduk diungsikan.

Militan-militan di Marawi

Foto: Google Maps
Filipina Selatan, yang terbagi dalam 3 pulau besar, yakni Mindanao, Basilian dan Jolo, adalah kawasan yang terus bergolak sejak 5 abad lalu. Beberapa kelompok radikal tumbuh. Tujuan mereka, memisahkan diri dari Filipina.

Abu Sayyaf termasuk kelompok radikal populer beberapa dekade belakangan. Kelompok ini disebut terlibat dalam krisis Marawi. Apa dan siapa Abu Sayyaf?

Kelompok Abu Sayyaf didirikan Abubakar Janjalani pada tahun 1990-an. Janjani malang melintang di Timur Tengah dan berhubungan dengan Al-Qaeda. Ia kembali ke Mindanao dan merekrut eks pasukan Moro National Liberation dan Front (MNLF), organisasi sayap kanan yang memperjuangkan kemerdekaan Mindanao. Jumlah anggota Abu Sayyaf berkisar 400-500 orang.

Janjani tewas dalam kontak senjata dengan militer Filipna pada 1998. Namun kelompok Abu Sayyaf terus hidup dan menjadi dua faksi. Pada tahun 2014, Abu Sayyaf mendeklarasikan diri ISIS di Filipina. Setelah asupan dana dari kelompok radikal terputus, mereka kini hidup dengan cara menculik warga asing dan meminta tebusan.

Selain Abu Sayyaf, krisis di Marawi didalangi militan Maute. Kelompok ini berdiri pada tahun 2013 dengan jumlah anggota sekitar 100 orang. Sebagian besar di antaranya adalah eks pasukan Moro Islamic Liberation Front (MILF). Organisasi ini dipimpin 2 saudara sepupu, Abdullah Maute dan Omar Maute.

Maute diidentifikasi terlibat dalam bom di pasar malam Davao, dekat Marawi pada Februari 2016. Sebanyak 14 orang tewas dan 70-an terluka.

Tak hanya militan lokal yang terlibat dalam krisis Marawi, tapi juga simpatisan dari negara tetangga. Terutama Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Militan ini disebut-sebut terikat dalam jaringan radikal Asia Tenggara.

WNI, Siapa Mereka dan Benarkah Terlibat?

Militer Filipina memburu militan ISIS di Marawi (Foto: Reuters)
Keberadaan WNI di Marawi awalnya simpang siur. Pemerintah Indonesia menyebut ada belasan WNI yang berdakwah di Filipina dan minta dievakuasi. Dalam perkembangan, ternyata ada kelompok berbeda di sana. 7 WNI diduga kuat terlibat perang di Marawi.

Mabes Polri mendapatkan konfirmasi dari otoritas Filipina, ada 7 WNI yang jadi anggota kelompok Maute dan jadi buron.

1. Al Ikhwan Yushel (26)
2. Yayat Hidayat Tarli (31)
3. Anggara Suprayogi (33)
4. Yoki Pratama Windyarto (22)
5. Mochammad Jaelani Firdaus (26)
6. Muhamad Gufron (24)
7. Muhamad Ilham Syahputra (22)

Mereka berangkat Maret dan April 2017. Satu dari 7 WNI dikabarkan tewas, namun hingga saat ini jasadnya belum ditemukan.

Kehadiran WNI di Mindanao sebenarnya bukan hal baru. Ditengarai sejak tahun 2000-an, gelombang kecil WNI datang ke kawasan tersebut. Atas dasar kesamaan ideologi dan agama, mereka berlatih militer sekaligus 'berjuang'untuk keadilan dan kemerdekaan. Muncul nama Dulmatin, Umar Patek, dan lain-lain yang pernah 'belajar' dan mempraktikkan ideologi radikal di Mindanao. Sebagian di antaranya tewas, sisanya di penjara.

Apakah 7 WNI yang disebut ikut perang Marawi mengikuti jejak radikal Dulmatin cs? Apakah mereka terpesona oleh ideologi berbasis agama?
Halaman 2 dari 4
(try/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads