"Pada H-3 (sebelum kematian), ibunya cerita--kan manggilnya umi--kan ibunya itu jualan beras. Jadi, setiap dia pulang kampung itu bantu uminya jualan beras di pasar," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Argo Yuwono.
Hal itu diungkapkan Argo seusai mendampingi Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M Iriawan melayat ke rumah duka di Keranggan Wetan RT 02/10 Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Rabu (31/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"H-3 cerita ke uminya, jodoh, hidup tergantung dari Tuhan. Cerita-ceritanya masalah meninggal, dunia ini fana. 'Nih uni, kalau malaikat mencabut nyawa, tidak ada yang bisa menolak', begitu katanya," lanjutnya.
Sekitar pukul 19.00 WIB pada hari ledakan bom, Rabu (24/5) lalu, Taufan sempat menghubungi ibunya. Ia meminta sang ibunda untuk membelikannya bakso untuk disantap bersama keluarga sepulangnya berdinas.
"Dia sempat minta ke ibunya, tolong belikan bakso sama umi, tapi aku enggak mau makan di sini, maunya sama ibu. Saya pasti pulang," lanjutnya.
Sang ibu kini hanya bisa berharap agar adik korban bisa meneruskan jejak korban untuk menjadi seorang polisi. "Tadi mengharapkan kalau adiknya yang SMA itu jadi polisi seperti kakaknya (korban). Kapolda bilang, dipersiapkan, belajar, berlatih, nanti daftar," tuturnya.
Polda Metro Jay sendiri telah menaikkan satu pangkat lebih tinggi untuk almarhum, sebagai tanda penghormatan baginya sebagai anggota Polri yang loyal dan gugur saat berdinas. "Pangkatnya dinaikkan menjadi Bripka (anumerta)," imbuhnya.
Selain keluarga, para tetangga juga mengenang Taufan sebagai sosok yang baik dan ramah. Taufan kerap bertegur sapa saat bertemu dengan para tetangganya.
"Tetangganya juga enggak ada yang bilang dia enggak baik. Semua tetangganya bilang almarhum orangnya baik, suka negur kalau papasan. Jadi dia enggak merasa mengang-mentang jadi polisi, enggak, malah dia berbaur dan sering membantu tetangganya," tutur Argo. (mei/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini