Kehangatan Muslim Dagestan di Rusia

Kehangatan Muslim Dagestan di Rusia

Hanidah Zaki - detikNews
Rabu, 31 Mei 2017 18:50 WIB
Foto: Sekolah muslim di Dagestan (Yoga Endryanto/TRANS7)
Rakhata - Rasa penasaran akan kisah Islam di belahan lain Rusia, membawa tim Jazirah Islam pada perjalanan mengarungi pegunungan Kaukasus. Dagestan, salah satu negara bagian Rusia, menjadi tujuan.

Wilayah Dagestan membentang dari daerah ketinggian, hingga ke tepi Laut Kaspia. Dagestan , juga berbatasan dengan negara Azerbaijan dan Georgia. Nama Dagestan berasal dari bahasa Turki dan Persia. "Dag" bermakna gunung , dan "stan" berarti daratan.

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Dagestan, salah satu negara bagian Rusia (Yoga Endryanto/TRANS7)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Islam datang ke tanah Dagestan sejak 1.000 tahun silam. Islam dibawa oleh pasukan asing dari Arab, Persia , Turki dan Mongol. Tokoh penting yang tidak bisa dilepaskan dari besarnya Islam di Dagestan adalah keberadaan para syamil, atau ulama mujahid .

Meski Islam pernah berjaya di Dagestan, cahaya agama rahmatan lil alamin ini sempat redup, bahkan hampir sirna. Tahun 80-an , saat atheisme dan marxisme merajalela di bawah kekuasaan Uni Soviet, Islam seakan luntur dari kehidupan warga Dagestan. Adanya revolusi besar, membawa dampak ditutupnya ratusan masjid dan madrasah . Hanya di desa-desa , Islam masih terus dipraktikkan secara sembunyi-sembunyi.

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Dagestan, salah satu negara bagian Rusia (Yoga Endryanto/TRANS7)


Untuk sampai ke kantung muslim di pedesaan Dagestan , tim Jazirah Islam harus berkendara selama 6 jam. Adalah keluarga besar Kurba, salah satu keluarga muslim Dagestan, yang berbaik hati menerima kami sebagai tamu mereka. Hampir sepanjang generasi, keluarga muslim ini menjadikan Desa Rakhata sebagai tempat tinggal mereka.

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Butuh waktu berjam-jam mengarungi Pegunungan Kaukasus untuk sampai ke Dagestan (Yoga Endryanto/TRANS7)


Bagi warga Desa Rakhata, tamu merupakan kehormatan bagi tuan rumah. Kedatangan tim Jazirah Islam dari Indonesia , disambut dengan keramahan berupa sajian beragam makanan tradisional Dagestan. Bagi kami yang musafir, kebaikan muslim Rakhata , adalah berkah yang tak terkira.

Suara kumandang azan menjadi pembuka hari. Tim Jazirah Islam akan menelusuri Rakhata untuk melihat lebih dekat, geliat kehidupan muslim di desa ini.

Setiap hari Sabtu, pasar mingguan digelar di salah satu lapangan di Desa Rakhata. Biasanya hanya berlangsung dari pukul 9 hingga pukul 12 siang. Para penjual datang dari desa tetangga. Mereka menjajakan beragam barang kebutuhan, dari mulai bahan makanan hingga barang rumah tangga lainnya .

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Tim Jazirah Islam di Dagestan Rusia (Yoga Endryanto/TRANS7)


Tinggal di daerah pegunungan, membuat sebagian besar muslim Dagestan mencari nafkah dengan bercocok tanam. Tak heran, aneka hasil kebun dijual di sini. Ada sekitar 14 etnis yang hidup di wilayah Dagestan. Salah satunya adalah Suku Avar, kelompok muslim yang menghuni Desa Rakhata .

Avar adalah etnis muslim terbesar di Dagestan. Jumlahnya mencapai 800 ribu jiwa dari 2,9 juta jiwa populasi di Dagestan. Jika para wanita sibuk jual beli, kaum pria lebih menggunakan kesempatan di pasar mingguan Rakhata, untuk saling bercerita dan menjalin tali silaturahmi.

Wanita di Desa Rakhata, selain menjadi ibu rumah tangga, juga bekerja sebagai pembuat kerajinan jubah tradisional bernama burka. Jubah burka terinspirasi dari seragam pasukan tentara Rusia pada Abad ke-18, ketika perang Kaukasus pecah di Dagestan. Terbuat dari bulu domba, membuat jubah burka terkenal akan daya tahannya menghadapi cuaca dingin ekstrem di Rusia , yang bisa mencapai minus 50 derajat celcius.

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Wanita Suku Avar membuat kerajinan jubah tradisional (Yoga Endryanto/TRANS7)


Setelah terbukti ampuh, jubah burka semakin populer dipakai pengembala ternak, di wilayah pegunungan Kaukasus. Di Dagestan, hanya desa muslim Rakhata dan desa Andi yang hingga saat ini , masih membuat kerajinan burka. Faktanya , hanya orang-orang dari desa inilah yang punya kemampuan membuat burka dengan kualitas terbaik.

Hingga saat ini, burka masih dibuat dengan cara tradisional di Desa Rakhata. Belum adanya sentuhan mesin dalam proses pengolahan bulu domba , memberi kesempatan wanita muslim di Rakhata untuk bekerja dan tetap mengurus keluarga.

Bagi wanita muslim Rakhata, bekerja sebagai pembuat burka menjadi satu-satunya pilihan untuk mendapatkan tambahan uang bagi keluarga. Sulitnya akses menuju Desa Rakhata, menjadi alasan utama desa ini jarang mendapatkan sentuhan modernitas. Di sisi lain , keterbatasan akses menuju Rakhata justru menjadikan desa ini kental dengan nilai-nilai Islami .

Meski terletak di wilayah pegunungan dan jauh dari modernitas, namun pendidikan bagi warga muslim Avar tetap yang utama. Ini bisa dilihat dari fasilitas sekolahnya yang memadai. Ada sekitar 100 siswa yang belajar di sekolah ini, selain mendapatkan mata pelajaran umum , mereka juga diajarkan berbagai hal berkaitan dengan Islam .

Dahulu , sebelum diambil alih oleh Uni Soviet, Dagestan punya puluhan madrasah yang menelurkan ratusan guru agama Islam. Kini, hanya sedikit madrasah yang tersisa. Sebagian besar madrasah di Dagestan, hancur dan diubah menjadi sekolah umum yang diawasi oleh negara .

Kehangatan Muslim Dagestan di RusiaFoto: Sekolah di Desa Rakhata Dagestan Rusia (Yoga Endryanto/TRANS7)


Di sekolah ini , para murid tidak diharuskan memakai seragam. Namun , wanita wajib untuk memakai kerudung dan mengenakan pakaian yang sopan . Tidak seperti di madrasah, di mana murid laki-laki dan wanita dipisahkan, di sekolah umum Desa Rakhata, murid laki-laki dan wanita belajar di dalam ruangan yang sama, tetapi dipisahkan kelompoknya.

Selain terkenal akan pembuatan jubah burka. Rakhata juga menjadi salah satu desa di Rusia yang memproduksi selai urbech dengan cara tradisional. Selai urbech merupakan kebanggaan orang Dagestan. Konon , selai urbech terbaik dari Rusia dihasilkan di desa ini. Selai urbech terbuat dari beragam biji-bijian yang tumbuh di kawasan Dagestan . Seperti biji poppy atau tanaman linen, biji buah aprikot dan biji bunga matahari .

Hampir sepanjang tahun, para wanita Dagestan terus memproduksi selai urbech, terutama menjelang bulan suci Ramadan. Pada bulan ini , biasanya angka permintaan selai urbech semakin meningkat.

Meski pekerjaan wanita-wanita desa Rakhata tidak mudah dan melelahkan, mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban untuk salat dan mengingat Allah SWT.

Perjalanan di Dagestan menyisakan banyak kisah. Bagaimana Islam memberi warna dalam kehidupan. Juga membuktikan , bagaimana sebuah hadis diriwayatkan. Bahwa seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.

Saksikan kisah lengkap kehidupan muslim di Dagestan Rusia dalam program "Jazirah Islam" di TRANS7 pada Kamis 1 Juni 2017 pukul 15.00 WIB. (nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads