Panglima TNI Kembali Baca Puisi 'Tapi Bukan Kami Punya'

Panglima TNI Kembali Baca Puisi 'Tapi Bukan Kami Punya'

Heldania Ultri Lubis - detikNews
Rabu, 31 Mei 2017 12:59 WIB
Foto: Istimewa/Puspen TNI
Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo disorot karena membaca puisi bernada kritik berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya' di Rapimnas Golkar, 21 Mei lalu. Jenderal Gatot kembali membaca puisi itu.

Gatot kembali membaca puisi itu di acara Workshop Peneguhan Pancasila Bagi ASN yang digelar Kementerian Agama. Sebelum membaca puisi, Gatot bicara soal kondisi kehidupan beragama di Indonesia.

Gatot mengatakan Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada berbagai isu keagamaan yang belakangan membuat resah dan mendorong perpecahan. Gatot menyatakan Pancasila adalah jalan keluar permasalahan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cara beragama di Indonesia itu sudah diatur dalam Pancasila, yaitu berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa," kata Gatot di Hotel Novotel, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Utara, Rabu (31/5/2017).

Gatot menyebut terjadinya konflik di masyarakat adalah akibat dari budaya demokrasi yang dijalankan secara tidak benar. Oleh karena itu, ia mengimbau agar semua pihak bisa menahan diri dan menjalan demokrasi dengan sebaik-baiknya.

"Yang mulai salah itu cara berdemokrasi, ini mulai salah, saya berani ngomong begini di depan DPR dan MPR, karena memang salah kok. Contohnya di sila ke-4 itu menyebut kerakyatan yang dipimpin oleh pemusyawaratan, namun sekarang nyatanya hanya lakukan voting, selesai. Bukan seperti itu," tegasnya.

Menutup pernyataannya, Gatot kembali membaca puisi karangan Denny JA 'Tapi Bukan Kami Punya'.

"Sungguh Jaka tak mengerti, mengapa ia dipanggil ke sini. Dilihatnya Garuda Pancasila, tertempel di dinding dengan gagah," ucap Gatot membacakan puisi tersebut.

Berikut isi puisi secara lengkap:

Tapi Bukan Punya Kami (Denny JA)

Sungguh Jaka tak mengerti mengapa ia dipanggil ke sini

Dilihatnya Garuda Pancasila, tertempel di dinding dengang gagah.

Dari mata burung Garuda, ia melihat dirinya
Dari dadah burung Garuda, ia melihat desa
Dari kaki burung Garuda, ia melihat kota
Dari kepala burung Garuda, ia melihat Indonesia

Lihatlah hidup di desa, sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya, tapi buka kami punya

Lihat padi menguning, menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya, tapi bukan kami punya

Lihatlah hidup di kota, pasa swalayan tertata
Ramai pasarnya, tapi bukan kami punya

Lihatlah anekah barang, dijualbelikan orang
Ooh makmurnya, tapi bukan kami punya

Jaka terus terpanah, entah mengapa, meneteskan air mata, air mata itu ia punya (hld/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads