SMK Negeri 1 Sota, terletak di Jalan Trans Papua, 79 Kilometer jauhnya dari Kota Merauke, detikcom mengunjungi sekolah ini pada Rabu (10/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah SMK Negeri1 Sota, Arnoldus Asgon, menyambut dengan jabat tangan di saung dari kayu bus beratap jerami depan gedung. Dia mengatakan rumput di sini tinggi karena vegetasi memang cepat tumbuh.
Di salah satu sudut, terdapat bomi setinggi 2 meter. Bomi adalah rumah musamus, semut Merauke. Kadang-kadang, kanguru Papua alias saham, rusa, hingga babi hutan lewat di sekolahan. Namun binatang-binatang penghuni Taman Nasional Wasur itu jarang menampakkan diri bila hujan masih sering turun seperti di awal bulan Mei ini.
Meski letak sekolahan ini berada di pinggir hutan, bukan berarti sekolahan ini jauh dari teknologi informasi. Internet dari Telkomsel sudah ada sejak Juli 2016 di sini. Menara sinyal selular tinggi menjulang di dekat gedung. Arnoldus kemudian menceritakan pengalaman pertama sekolah ini menggelar UN Berbasis Komputer.
"Awalnya kami ragu," kata Arnold.
![]() |
Bayangan kegagalan menghantui pihak sekolah sebelum memutuskan menggelar UNBK pada April 2017. Soalnya pada UN sebelumnya yang tanpa komputer, siswa-siswi di sini tidak semuanya bisa lulus. Apalagi kini siswa-siswi disuruh mengerjakan soal-soal sulit menggunakan komputer, apa jadinya nanti?
SMK jurusan pertanian dan peternakan ini punya 100 siswa dengan jumlah guru 23 orang. 18 Di antaranya adalah anak kelas tiga yang harus mengikuti UN. Arnoldus takut UNBK bakal menyulitkan anak-anak. Tapi 'the show must go on', UNBK memang harus digelar di sini. Komputer sudah tersedia, server sudah ada, sinyal internet Telkomsel sudah stabil. UNBK harus dihadapi siswa-siswi di kawasan tapal batas negara ini.
"Persiapannya adalah lewat pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI). Setelah itu simulasi dua kali, gladi bersih satu kali," kata pria asal Serui Papua ini.
![]() |
Kami melangkah menuju laboratorium bahasa di kelas pojok. 20 Unit komputer berjajar rapi, plastik-plastik masih menempel di bagian perangkatnya. Meja, kursi, dan karpet dalam kondisi bersih. Di samping, jendela kaca menyambut hutan belantara Wasur. Penyejuk udara 320 Watt kadang-kadang diabaikan meski cuaca terik seperti saat kami berkunjung, jendela yang dibuka membawa udara yang cukup menenangkan.
Komputer-komputer inilah yang digunakan para siswa menempuh UNBK. "Ketika dikasih simulasi, dikasih pemahaman, mereka bisa kok menggunakan komputer," kata Arnold.
![]() |
Hari yang dinantikan telah tiba. Para siswa sudah siap siaga di depan layar mereka masing-masing saat itu. UNBK di tepi hutan Wasur dimulai. Entah bagaimana hasil akhirnya yang diumumkan 2 Mei.
"Di luar dugaan saya. Awalnya saya takut. Ternyata lulus 100 persen!" kata Arnold dengan mata berbinar.
Kegembiraan menyeruak di seluruh siswa saat pengumuman. Pertama kali menggelar UNBK, dan pertama kali itu pula kelulusan siswa mencapai 100 persen.
"Sebelum UNBK, kami tidak pernah 100 persen lulus seperti itu," ucap Arnold.
![]() |
Dia mencoba menganalisa, saat dipindahkan dari manual ke ujian komputer, upaya yang diperlukan menjadi lebih minimal. Konsentrasi siswa lebih efektif tertuju pada pengerjaan soal daripada mengurusi soal cara menghitamkan jawaban dengan pensil atau cara agar lembar jawaban tidak kotor.
"Juga, kalau kita pakai manual, pengawasnya ada dua, itu membuat anak-anak grogi. Kalau UNBK, mereka bisa enjoy. Pengawas satu plus satu teknisi," kata Arnold.
Padahal dulu, SMK Negeri 1 Sota punya pengalaman buruk diamuk orang tua siswa karena ada siswa yang tidak lulus. Dua tahun terakhir, sekoalah ini tak mencapai kelulusan 100 persen.
"Saya dulu khawatir itu, karena terbayang pengalaman buruk," kata Arnold sambil tersenyum dan geleng-geleng.
![]() |
Kini SMK Negeri 1 Sota menjadi barometer UNBK di Merauke. Arnold berani menjamin koneksi internet di pinggir hutan ini malah lebih bagus ketimbang yang berada di pinggiran kota Merauke. Padahal selepas Merauke sebelum mencapai Sota, sinyal internet sama sekali padam.
Ada satu anak yang tak lagi memakai seragam di sini. Dia adalah siswa kelas tiga (kelas XII) yang sudah lulus namun kebetulan sedang berada di sekolahan. Namanya Jeremias Lukas (20).
"Setelah lulus mau lanjut kuliah ke Universitas Musamus di kota (Merauke), ambil pertanian," kata Jeremias yang bercita-cita jadi petani sayur-mayur sukses ini.
Simak terus cerita tentang daerah terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com! (dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini