Rizqi Mengenang Puasa 19 Jam Saat Studi di Inggris

Rizqi Mengenang Puasa 19 Jam Saat Studi di Inggris

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikNews
Senin, 29 Mei 2017 13:12 WIB
Rizqi Mengenang Puasa 19 Jam Saat Studi di Inggris
Foto: dok. Rizqi Bahtiar
Jakarta - Rizqi Bachtiar, seorang warga Malang, mengenang saat berpuasa kala mengenyam studi di Inggris Raya 2015-2016 lalu. Apa suka dukanya?

"Lamanya waktu berpuasa di Inggris Raya berkisar kurang lebih 18 jam, bahkan tahun 2016 mengalami fase terlama berpuasa yaitu selama kurang lebih 19 jam," tutur Rizqi dalam email yang dikirimkan ke redaksi detikcom.

Bandingkan dengan Indonesia dan Arab Saudi yang lamanya waktu berpuasa berkisar kurang lebih 13-14 jam. Namun, lanjutnya, Islandia masih memegang rekor sebagai tempat dengan waktu puasa terlama di dunia selama sekitar 22 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu berpuasa yang relatif lama bagi masyarakat Inggris di satu sisi merupakan sebuah tantangan. Hal ini dikarenakan jeda antara waktu berbuka puasa dengan berakhirnya waktu sahur sangatlah terbatas, kurang lebih 5-6 jam," imbuh alumni University of Birmingham 2016 ini.

Terbatasnya waktu antara magrib dan sahur, tentunya memerlukan manajemen waktu dan diri yang baik. Muslim di Inggris, lanjutnya, harus memastikan dirinya mempunyai jadwal puasa satu bulan penuh untuk mengetahui jadwal-jadwal penting berpuasa.
Suasana berbuka puasa di salah satu tempat di Inggris.Suasana berbuka puasa di salah satu tempat di Inggris. Foto: dok. Rizqi Bahtiar


Beruntungnya, jadwal berpuasa dengan mudah didapatkan secara gratis baik melalui selebaran di masjid ataupun melalui situs resmi masjid. Bahkan beberapa aplikasi muslim di telepon seluler cukup akurat menginformasikan jadwal-jadwal penting selama bulan puasa.

Situs berita ternama Inggris, misal BBC, juga tidak luput menampilkan informasi-informasi seputar Ramadan. Makan-makanan bergizi juga menjadi anjuran bagi warga Muslim di Inggris untuk memastikan ketercukupan nutrisi selama menjalani puasa yang relatif lama.

"Di sisi yang lain, berpuasa di Inggris juga sangat menyenangkan. Letak geografis Inggris Raya yang berada jauh di bagian utara garis khatulistiwa menjadikan negara tersebut mempunyai suhu yang dingin. Hal tersebut yang menjadikan lamanya berpuasa di Inggris Raya hampir tidak terasa," tulisnya.

Tentu masalah geografis dan suhu yang sejuk itu berbeda dengan kondisi cuaca di Indonesia yang relatif panas, sehingga teriknya sinar matahari di siang hari menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat di Indonesia yang menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, komunitas-komunitas muslim di masjid-Masjid Inggris Raya biasanya menggelar kajian keislaman dan buka puasa bersama. Hal tersebut menjadi sebuah sarana menimba ilmu keislaman serta merekatkan ukhuwah Islamiyah bagi umat muslim di Inggris Raya.

"Yang patut diapresiasi adalah semangat berbuat kebaikan di antara muslim di Inggris Raya," lanjutnya.

Para imam masjid di Central Mosque Edinburgh misalnya, tidak segan untuk membantu menghidangkan makanan berbuka bagi para jemaah. Mereka, lanjut Rizqi, juga rela antre untuk mendapatkan jatah makanan berbuka yang disediakan oleh takmir masjid dan makan bersama para jamaah di masjid tersebut.

Para jemaah juga banyak yang membawa makanan untuk dibagikan kepada jamaah lainnya. Tentunya hal tersebut membuat suasana Ramadan di Inggris Raya terasa hangat.

"Mengenai keharusan mengonsumsi makanan halal, umat muslim di Inggris Raya tidak terlalu khawatir untuk berkompromi mengonsumsi makanan tertentu, karena di negara tersebut toko yang menyajikan bahan makanan, maupun sajian masakan halal sudah mulai banyak," tandas dia.

***

Para pembaca detikcom, bila Anda memiliki cerita berkesan tentang puasa Ramadan seperti Rizqi Bahtiar, silakan berbagi cerita Anda ke email: ramadan@detik.com. Sertakan 2-3 foto yang mendukung cerita Anda dan kontak (email atau nomor HP) yang bisa dihubungi. (nwk/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads