Berkah Mak Ijah Sang Penopang Keluarga

Berkah Mak Ijah Sang Penopang Keluarga

Lianita Ruchyat - detikNews
Minggu, 28 Mei 2017 00:25 WIB
Berkah Mak Ijah Sang Penopang Keluarga
Foto: Mak Ijah, sang penjual gado-gado yang menopang keluarga (Iqbal & Hermanto/TRANS7)
Jakarta - Khadijah (65) atau biasa dikenal dengan sebutan Mak Ijah, sehari-harinya berjualan gado-gado di depan rumahnya kawasan Condet Jakarta Timur. Sudah 40 tahun ia berjualan gado-gado di sana. Kala itu, harga perbungkus gado-gado ia hargai Rp 1.000. Hingga sekarang satu bungkusnya sudah mencapai Rp 10.000.

Tetangga sekitar, mengenal nenek 7 orang cucu ini sebagai sosok yang ceria, ceplas ceplos, dan suka bercanda. Mak Ijah, tak pernah menampakkan kesusahan. Ia memilih untuk menutupi segala kesedihan hatinya dengan bersyukur.

"Berapapun yang penghasilan yang saya dapat, disyukuri saja. Saya nggak mau bergantung sama orang lain apalagi minta-minta. Saya percaya Allah menyukai hambanya yang penuh rasa syukur," ungkapnya.

Ya, tidak ada yang tahu, dibalik tawa dan candanya, sesungguhnya Mak Ijah menyimpan kesedihan. Dari 7 orang cucunya, satu orang di antaranya menderita autis, Firman (19). Firman tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Setiap hari, Firman cucunya ini hanya bisa termenung di pinggir jalan sambil memegang sapu, tak pernah bicara. Mak Ijah tak bisa membayangkan bagaimana masa depan Firman selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkah Mak Ijah Sang Penopang KeluargaFoto: Mak Ijah, sang penjual gado-gado yang menopang keluarga dan cucunya, Firman (Iqbal & Hermanto/TRANS7)


Mak Ijah tahu, sebenarnya penderita autis seperti Firman membutuhkan setidaknya terapi ataupun pengobatan. Tapi Mak Ijah juga paham benar kondisi perekonomian anak sulungnya yang merupakan orang tua Firman. Tidak memungkinkan untuk membawa Firman terapi atau berobat. Akhirnya Firman hanya dibiarkan begitu saja.

Meskipun telah berkeluarga, keempat anak Mak Ijah masih belum mandiri dan hidup bergantung padanya. Semuanya hidup dalam satu atap bersama. Kondisi sulit ini ditambah dengan tidak bekerjanya ayah Firman (anak sulungnya) karena terserng stroke 3 tahun lalu. Sehingga beban hidup benar-benar digantungkan pada Mak Ijah seorang.

Ujian semakin berat, ketika setahun yang lalu anak Mak Ijah yang ketiga, Yanti (39) juga tiba-tiba terserang stroke. Serangan stroke membuat Yanti kesulitan berjalan, dan tangannnya tak bisa digerakkan. Tak hanya itu, stroke membuat Yanti lemah, dan mentalnya terpuruk. Padahal ia masih mempunyai balita, Haikal yang berusia 2 tahun.

Meski cobaan datang terus, Mak Ijah percaya kalau ujian ini akan membuatnya 'naik kelas'. Mak Ijah tak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan atau terpuruk. Dengan tekad tak ingin menyusahkan orang lain, Mak Ijah mengambil alih menjadi penopang keluarga, apalagi suaminya juga sudah lama berhenti berdagang.

Untuk menyatukan keluarganya, Mak Ijah kerapkali mengajak anak-cucunya untuk makan bersama. Apalagi Mak Ijah bukan hanya pandai meracik gado-gado. Nasi Ulam khas Betawi adalah menu andalannya. Hampir mirip dengan nasi uduk, nasi ulam biasanya menggunakan daun pegagan, tapi bisa juga diganti dengan daun kemangi. Kegiatan makan bersama ini bisa mempererat komunikasi antar keluarga.

Tak hanya itu, Mak Ijah juga sering diminta untuk memasak kue untuk pengajian di sekitarnya. Untuk urusan kue Mak Ijah lebih memilih mengerjakannnya bersama Rita tetangganya yang lebih ahli. Menu kue talam dan apem Betawi adalah hidangan khas yang biasanya disuguhkan pada acara pengajian.

Pengajian ibu-ibu diadakan rutin di lingkungan tempatnya tinggal. Saat itu tetangganya Tinah, mendatangkan seorang ustazah untuk mengajar ngaji. Pada saat itulah, Mak Ijah kedatangan tamu yang tak ia sangka.

Seorang donatur yang tinggal tak jauh dari rumahnya, datang membawa kabar gembira. Mak Ijah terpilih untuk diberangkatkan umrah ke tanah suci.
Rejeki Allah datang pada orang yang dikehendaki-NYA. Kun Fa Ya Kun.

Berkah Mak Ijah Sang Penopang KeluargaFoto: Mak Ijah, sang penjual gado-gado yang menopang keluarga terharu mendengar kabar bahagia, mendapat berkah umrah ke Mekkah (Iqbal & Hermanto/TRANS7)


Mak Ijah tak pernah membayangkan sebelumnya berangkat ke tanah suci, impian itu ia pupus sudah lama mengingat keadaan ekonomi keluarganya. Di tanah suci, di depan Kakbah, tempat paling mustajab untuk berdoa Mak Ijah menggunakan kesempatan ini untuk meminta kesembuhan anak-cucunya.

Umrah kali ini juga memberi kesempatan Mak Ijah untuk melihat museum Alquran yang berada di selatan Nasjid Nabawi. Di Museum ini pengunjung dapat masuk gratis dan melihat naskah naskah Alquran kuno.
Berkah Mak Ijah Sang Penopang KeluargaFoto: Mak Ijah, sang penjual gado-gado yang menopang keluarga tak menyangka bisa umrah (Iqbal & Hermanto/TRANS7)


Selain mengunjungi museum Alquran, Mak Ijah bertemu dengan kerabat mutawif yang sudah lama tinggal di Arab Saudi. Di sana, Mak Ijh diajak makan dan masak nasi kebuli bersama. Moment indah itu mengingatkan Mak Ijah akan keluarganya di Tanah Air.

Masyarakat Arab punya tradisi makan bernama Supra, tradisi makan ini mirip dengan liwetan yang sedang musim di Indonesia. Bedanya, kalau liwetan menggunakan daun pisang, supra menggunakan plastik sebagai alasnya.

Satu pengalaman ibadah yang terbaik buat Mak Ijah. Sungguh Allah telah memberikan kenikmatan beribadah yang tiada duanya. Perjalanan umrah ini kemudian hikmah tersendiri buatnya sekembali ke Tanah Air. Mak Ijah merasakan bahwa sungguh kehadirannya di tengah keluarga adalah bagian terbaik dalam hidup. Meski keadaan susah, keluargalah tempat kembali pulang yang terbaik.

Saksikan kisah lengkap Mak Ijah, penjual gado-gado penopang keluarga yang mendapat berkah umrah ke Mekkah dalam program "Kain Ihram" di TRANS7 pada Minggu 28 Mei 2017 pukul 06.15 WIB. (nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads