"Dia nelpon langsung jam 21.00 WIB nelpon, bilang 'Mama saya kena bom', saya tidak percaya, lalu belum merasakan sakit, dia ngojek bertiga diantar ke rumah sakit Hermina, di jalanan dipegang sakit banget, begitu lihat ada luka menganga," ujar Suwarno saat ditemui detikcom, di Ruang Hardja Samsurja, RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Suwarno bercerita putranya itu sempat menolong rekannya ketika ledakan pertama pecah Rabu (24/5) pukul 21.00 WIB. Hingga kemudian putranya itu jadi korban akibat ledakan bom kedua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahu kiri berlubang, bagian pelipis, mata, hidung telinga luka, jadi intinya membantu temannya yang terkapar, mungkin kalau anak saya nggak kehalangan (temannya), mungkin kena semua juga, Alhamdulillah Allah masih melindungi," sambungnya.
Suwarno mengatakan putranya sepat dirawat di Rumah Sakit Hermina kemudian dipindahkan ke RS Polri. Suwarno menyadari tugas anaknya tak lepas dari bahaya, sebagai ayah dia hanya berharap ideologi radikal bisa dikikis habis. Sehingga masyarakat bisa hidup aman dan nyaman.
"Rencananya akan di operasi hari ini, pindahan dari Hermina malam Rabunya sampai sini, pertamanya trauma, saat temannya kesini pada ngeledek, tapi kan memang pleton 4 itu untuk mengawal arakan obor," ujar Suwarno.
"Harapan ya kita ikhlasin aja ya, satu sebagai aparat sudah tugas, mudah-mudahan pemerintah bisa mengikis habis prinsip ideologi yang radikal, itu saja harapan saya, jangan sampai ada lagi, sosialisasi masyarakat. Jadi tidak ada kekhawatiran dari masyarakat, jadi lebih aman dan nyaman, kalau keamanan terjamin lebih aman, agar menjadikan negara yang damai," pintanya.
Hingga saat ini Rian masih dirawat intensif di gedung Hardja Samsurja RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Rencananya hari ini Bripda Rian akan melakukan operasi pada bagian bahu sebelah kirinya.
(cim/ams)











































