"Serangan bom bunuh diri dengan target acak atau membabibuta seperti di terminal Kampung Melayu akan terus berulang jika sel-sel terkecil dari jaringan teroris di dalam negeri tidak dilumpuhkan," ujar Bambang dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/5/2017).
Menurutnya, sel terkecil jaringan teroris sulit menyerang obyek vital kepolisian sehingga mengalihkan target ke ruang publik. Ia meminta Polri dan Densus 88 anti-teror harus bekerja lebih keras untuk melumpuhkannya. DPR siap untuk duduk bersama membahas peningkatan anggarannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka, Polri dan Densus 88 anti-teror harus bekerja lebih keras untuk melumpuhkan sel-sel terkecil dari jaringan teroris yang ada di dalam negeri. Sel-sel kecil jaringan teroris itu biasanya beranggotakan beberapa orang teroris," lanjutnya.
Kendati demikian, Komisi III DPR memeberi apresiasi kepada Polri atas keberhasilannya mengidentifikasi identitas yang diduga pelaku bom bunuh diri. Hanya saja polisi harus terus menyelesaikan eksistensi sel-sel teroris di dalam negeri.
"Komisi III DPR memberi apresiasi yang tinggi atas keberhasilan Polri mengidentifikasi identitas orang yang diduga sebagai pelaku serangan bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu. Akan tetapi, pengungkapan identitas pelaku belum menyelesaikan persoalan utamanya, yaitu eksistensi sel-sel teroris di dalam negeri. Sel-sel teroris itu masih akan menebar ancaman, hanya menunggu waktu yang ideal bagi mereka melakukan serangan," jelasnya.
Untuk mendorong, Polri mengungkap sel-sel jaringan teroris terkecil. Komisi III siap membahas peningkatan anggaran yang dibutuhkan Polri dan Densus 88 Anti-teror.
"Karena itu, Komisi III DPR mendorong Polri dan Densus 88 anti-teror untuk bekerja lebih keras melumpuhkan sel-sel terkecil dari jaringan teroris di dalam negeri. Untuk meningkatkan efektivitas perburuan teroris itu, Komisi III DPR siap membahas peningkatan anggaran yang dibutuhkan Polri atau Densus 88 Anti-teror," tutup Bambang. (lkw/imk)











































