Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan, apabila bom bunuh diri di Kampung Melayu itu berkaitan dengan bom panci yang terjadi di Bandung, bisa dipastikan jaringan itu adalah JAD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ansyaad menjelaskan, setelah terungkapnya jaringan teror, seperti Jemaah Islamiyah (JI), Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), dan Negara Islam Indonesia (NII), muncullah jaringan teror pecahan dari kelompok-kelompok tersebut. Mereka diketahui menggunakan nama baru untuk melancarkan aksi teror.
Baca Juga: ISIS Klaim Tanggung Jawab Bom Kampung Melayu
"Ya iya, jadi gini, dulu kan sebelum ISIS kan kita tahu induknya ada JI, kemudian JAT, ada juga NII, kemudian mereka sudah terungkap semua banyak yang tertangkap. Ya mereka banyak muncul sempalan-sempalan berbagai macam nama, tetapi simpulnya tetap saja induknya ya JI, JAT, NII," ucapnya.
Saat mendengar adanya ISIS, kelompok-kelompok teror pecahan itu kemudian berbaiat kepada ISIS. Begitu pula JAD, yang hari ini santer diberitakan terlibat dalam aksi bom di Kampung Melayu.
"Nah ini sempalan-sempalan ini dengan munculnya ISIS, itu mereka semua otomatis berbaiat ke ISIS," tutur Ansyaad.
Pola perekrutan dalam gerakan teror ini pun semakin berkembang dengan menggunakan media sosial sebagai sarana. Hal ini pulalah yang menjadikan polisi mudah dalam mengidentifikasi dan membongkar kelompok-kelompok tersebut.
"Pola perekrutan sederhana sekali, bisa lewat medsos itu, ya kalau dulu orang diajak berdasarkan jalur kekeluargaan atau pernah sama-sama dalam satu lembaga pendidikan, ya kalau sekarang tidak perlu. Itu mereka bisa dari lewat medsos, ada yang tertarik, ya otomatis dia ikut. Dia berbaiat ISIS, dia dilatih juga," ujar Ansyaad.
Menurut Ansyaad, jaringan JAD di Indonesia ini bisa dikatakan sebagai kelompok kecil. Mereka berangkat dari pemahaman radikal dan penafsiran yang keliru terhadap doktrin-doktrin agama.
"Umumnya kelompok-kelompok kecil dan namanya itu tidak terlalu penting, yang penting mengusung pemahaman. Satu mindset yang bersumber dari paham-paham radikal. Sebetulnya sumbernya dari pemahaman yang dangkal, penafsiran keliru terhadap doktrin-doktrin agama," tuturnya.
Jaringan teror ini pun, kata Ansyaad, tak terlalu mempermasalahkan tempat dalam melancarkan aksi. Mereka memilih secara acak asalkan ada keramaian dan bisa menimbulkan kekhawatiran terhadap banyak orang.
"Kalau tempat tidak terlalu masalah. Ya di mana saja mereka mendapatkan kesempatan di situ mereka melihat dan mempunyai target, yang penting ada banyak orang, ada pejabat, target yang paling strategis sekali, tapi itu tidak terlalu penting, yang paling penting buat mereka bisa melakukan serangan itu," ujarnya. (knv/nkn)











































