"Saya belum dengar (puisinya), jadi mudah-mudahan arahnya bukan ke situ lah, kalau saya selalu berfikir baik positif, bersih hati saya, tapi kita ini semua mencari kebenaran," kata Ryamizard usai mengisi acara diskusi panel di Kemenhan, Jalan Medan Merdeka Barat, nomor 13-14, Jakarta Pusat, Rabu (24/5/2017).
"Jangan mencari cari kesalahan, kalau begitu cari kesalahan nggak ada salah cari-cari, kesalahan dicari-cari, tapi kalau mencari kebenaran, oh ini salah diperbaiki, itu bedanya, cari kesalahan dan cari kebenaran ya," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sementara itu, Ketua Umum DPP Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI/Polri (Pepabri), Agum Gumelar juga mengaku belum mendengar puisi yang dibacakan Panglima saat Rapimnas partai Golkar tersebut. Agum enggan mengomentari lebih jauh dan akan mempelajari terlebih dahulu.
"Sama dengan Pak Menhan, saya belum dengar itu, belum tahu nanti saya pelajari lagi, tapi betul lah kita harus cari kebenaran, jangan mencari-cari kesalahan ya, kalau mencari kesalahan gampang sekali, kesalahan Pak Menhan dalam se-jam saya bisa dapat berapa, bukan itu. Saya belum pelajari itu, belum tahu betul persoalannya," imbuhnya.
Seperti diketahui di Rapimnas Golkar, Gatot berbicara banyak mengenai isu bangsa, salah satunya soal pengungsi ilegal. Gatot mengatakan dia punya puisi yang tepat terkait pembahasan soal pengungsi ilegal. Puisi tersebut milik Denny JA yang berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya'.
"Ini tangisan suatu wilayah, dulu dihuni Melayu, di Singapura, sekarang menjadi seperti ini (sambil memperlihatan slide tentang pengungsi). Kalau kita tak waspada, suatu saat bapak ibu sekalian, anak cucunya tidak lagi tinggal di sini. Gampangnya, kita ke Jakarta semua teratur rapi, punya Betawi di sana?" ujar Gatot sambil menyimpulkan isi puisi tersebut di Novotel Hotel, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (22/5).
Berikut puisi lengkap 'Tapi Bukan Kami Punya' yang dibacakan Gatot:
Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil ke sini.
Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah.
Dari mata burung Garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung Garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung Garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung Garuda
Ia melihat Indonesia
Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya
Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya (cim/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini