Di Kota ada dua pasar, yakni Pasar Merauke dan Pasar Baru Merauke. detikcom mengunjungi Pasar Baru Meraue, Kelurahan Kelapa Lima, pada Selasa (9/5/2017) pada sore hari.
"Sebenarnya pasarnya juga sudah lama. Cuma orang sini nyebutnya memang Pasar Baru," kata sopir kami yang merupakan warga Merauke, Nyoto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pasar ini terletak tak jauh dari pagar Bandar Udara Mopah. Lapak-lapak digelar mulai dari pinggir jalan. Penjual ubi jalar adalah yang pertama terlihat. Sekitar 10 meter di depan, pelbagai hasil laut dijual. Ada udang, cumi-cumi, hingga kakap yang ukurannya sepanjang tangan orang.
Berpotong-potong daging babi dijajakan oleh pedagang pria Merauke. Banyak potongan dagingnya masih memiliki kulit. Tawar-menawar terjadi di lapak ini. 3 kg daging babi dijual Rp 30 ribu. Namun ukuran 3 kg juga tidak pasti. Pada dasarnya sepotong daging itu dijual Rp 30 ribu.
"Ini juga tidak lewat kilo. Ini standarnya kasih mengasihi sesama saja. Kalau untung ya bersyukur to. Ini kan didapat dari berburu," kata Konstantiunus Yolmen (45), pria dari Kampung Wanam.
Baca juga: Lihat Merauke Pakai Drone Yuk! |
Di dekat tikungan, ada perempuan yang menjajakan bungkusan berbentuk silinder, berbungkus plastik bening, isinya berwarna putih. Ternyata ini produk olahan sagu. Bila dimasak, ini bakal menjadi papeda, makanan khas Papua.
"Rp 20 ribu sebungkus. Saring saja pakai air. Ini bisa melancarkan pencernaan, membersihkan paru-paru dari nikotin, dan bikin sehat," kata Kakak Erin (35) menerangkan soal dagangannya.
![]() |
Matahari tenggelam, pasar menjadi gelap, orang-orang semakin ramai, jalanan di depan menjadi macet. Makin banyak yang berbelanja di sini. Tak hanya ibu-ibu yang berbelanja, bapak-bapak juga banyak yang menyambangi satu per satu lapak.
Adagium 'pasar (tradisional) adalah cerminan masyarakat' berlaku di sini. Keragaman pasar adalah keragaman budaya. Pedagang di sini cukup multikultur. Ada etnis Jawa, Makassar, Bugis, Ambon, Tionghoa, dan tentu saja orang Malind asli Merauke. Bahasa Jawa bukanlah bahasa yang sulit didengar di pasar ini. Namun kebanyakan mereka memakai Bahasa Indonesia.
"Kok jadi berasa di Jawa Tengah ini," kata seorang rekan mendengar saya berbahasa Jawa saat bercakap-cakap dengan pedagang daging rusa.
![]() |
Banyak sekali pendatang dari luar Papua di Kota Merauke. Program transmigrasi sejak era Orde Baru telah ikut menyemarakkan Kota Merauke dan Kabupaten Merauke sampai sekarang, belum lagi ditambah para perantau yang datang secara individu di waktu-waktu setelahnya. Warna-warni Merauke cukup terasa di Pasar Baru.
Berdasarkan data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS), Pada 2015 Kabupaten Merauke punya jumlah penduduk 216.585 jiwa atau sebesar 6,88 persen dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Merauke adalah kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Kota Jayapura.
Baca juga: Menapaki Merauke, Bumi Manusia Sejati |
Merauke juga menyimpan keragaman agama. Sebesar 41,18 persen penduduk Merauke adalah pemeluk agama Islam. 39,65 persen adalah umat Katholik. Ada 135 mesjid, 191 gereja Katholik, dan 165 gereja Protestan.
BPS mengutip Kementerian Agama Kabupaten Merauke, pemeluk Hindu ada 646 orang di seluruh Kabupaten, delapan pura ada di Distrik Malind, Merauke, Semangga, Tanah Miring, Jagebon, dan Elikobel. Pemeluk Budha ada 332 orang, ada dua vihara masing-masing di Merauke dan Ulilin.
Simak terus cerita tentang daerah terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini