"Dan lewat program ini kita bisa langsung lihat apa yang ada di Australia. Kalau stereotipnya itulah Indonesia, itulah Australia, ada kanguru, pantai. Tapi sebenarnya di Australia ada agama dari seluruh dunia. Dan Indonesia juga ada strereotipnya tapi juga ada perbedaan," ujar Wakil Dubes Australia untuk Indonesia Justin Lee saat membuka peluncuran buku di Kedutaan Besar Australia, Jalan Patra Kuningan Raya Kav 1-4 Jakarta Selatan, Kamis (18/5/2017).
"Bagaimana kita meningkatkan kesadaran untuk menghadapi perbedaan di dalam negeri. Saya kira itu salah satu yang semua negara perlu menghadapi," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk diketahui program MEP diselenggarakan Departemen Luar Negeri Australia melalui Australia-Indonesia Institute (AII) sejak tahun 2002. Hingga saat ini ada sekitar 200 orang dari Indonesia dan Australia mengikuti program ini. Mereka membagikan pengalaman tentang Islam serta kultur di negara masing-masing.
Tahun ini ada lima orang peserta MEP dari Australia tengah berada di Indonesia. Kelimanya ialah Natasha Hill, Ayan Omer Shere, Zakia Haque, Jazeer Nijamudeen, dan Ashraf Naim.
Mereka akan melakukan perjalanan ke sejumlah kota di Indonesia untuk bertemu dengan tokoh masyarakat serta organisasi lintas agama. Adapun kota-kota yang dikunjungi ialah Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar. Mereka berada di Indonesia sejak 7 Mei hingga 20 Mei 2017.
(irm/ams)