Pasalnya, adanya pesanan cacing dalam jumlah banyak tersebut merupakan pangkal persoalan kasus ini. Yayasan Surya Kadaka Indonesia (SKI), lembaga sosial yang bergerak di bidang lingkungan yang turut mengadvokasi kasus ini, mencoba membeberkan sejumlah fakta.
"Apa motif dua orang itu memesan cacing 400 ekor ke Didin. Dan kenapa langsung ke Didin, padahal mereka belum pernah kenal sama sekali. Pasti sudah mendapatkan referensi terlebih dahulu dari pihak tertentu," kata Ketua SKI Sabang Sirait kepada detikcom di Cianjur, sekitar pukul 09.45 WIB, Rabu (17/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Identitasnya tidak usah saya sebut di sini. Saya tanya motifnya, katanya ingin OTT (operasi tangkap tangkap). Namun, karena tak kesampaian, langsung ciduk di rumahnya (Didin). Dokumentasi ada, tapi rekaman suara pengakuannya saya tidak punya," katanya.
Sabang menegaskan akan mengungkap itu semua dalam sidang praperadilan. "Kita buka-bukaan di sana (pengadilan), kita bongkar semuanya. Kami minta pihak TNGGP dan Kementerian LHK mau proaktif, mau datang memenuhi undangan sidang praperadilan pekan depan. Sidang pertama mereka tidak hadir," ujarnya.
Atas fakta-fakta yang dipaparkan tersebut, Sabang pun berkesimpulan bahwa kasus 'Didin Sonari' penuh dengan rekayasa karena bapak dua anak si penjual jagung bakar itu sudah dibidik dari awal.
Kenapa Didin yang dijadikan sasaran? Sabang mengaku tidak tahu. "Inilah yang harus diungkap. Siapa sebenarnya yang mengarahkan petugas PPNS ke Didin," imbuhnya. (try/try)