Hal itu disampaikan saat peringatan Tragedi Mei 98 yang diadakan Komnas Perempuan di TPU Pondok Ranggon, Blad 27, Blok AA1, Jalan Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (8/5/2017). Peringatan ini mengambil tema 'Mewujudkan Pemerintah yang Ingat, Hormat, dan Adil terhadap Sejarah'.
"Tahun depan bersama-sama bersatu memperingati malapetaka Mei 98 ya, dan sekarang kita persiapkan yang baik-baik, supaya kita bisa memberikan informasi kepada generasi-generasi, karena informasi itu penting, sudah tidak boleh terulang lagi di negeri ini," kata Habibie.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebinekaan itu adalah kekuatan, kebinekaan itu bisa didapatkan antara budaya dan agama. Nah, kita sekarang tahu itu, di Eropa, Jerman, itu, di Amerika serikat yang bineka di California, itu maju," ujarnya.
Habibie menjelaskan nilai-nilai positif yang terkandung di dalam UUD 1945. Menurutnya, nilai itu berakar pada sumber daya manusia yang mengakui adanya nilai absolut dan relatif.
"Berapa jam tadi saya jelaskan nilai positif, positif dengan nilai absolut dan nilai relatif yang dalam hal itu adalah UUD 1945. Nilai itu berakar pada SDM yang mengakui adanya nilai-nilai absolut dan nilai-nilai relatif, dan kita mau mempunyai tekad bersama untuk terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia," jelasnya.
![]() |
Habibie juga menegaskan Tragedi Mei 98 tidak boleh dilupakan. Hal ini dikarenakan peristiwa tersebut adalah sebuah fakta yang sudah terjadi.
"Kejadian 98 kita tidak boleh melupakan itu. Itu adalah suatu fakta yang sudah terjadi, ada yang mengatakan itu hanya berapa orang, hanya seratus orang dari 250 juta, tapi itu adalah ujung tombak dari ketidakadilan. Ya orang itu tidak mempunyai nilai agama, itu tidak boleh. Jadi solusinya adalah kita terus mengadakan riset dan kemasyarakatan nilai-nilai Pancasila," tutupnya. (imk/erd)