"Indonesia siap perluas dan perkuat kerja sama yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat di berbagai bidang," ujar Retno saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden AS, Mike Pence di Washington DC, sebagaimana disampaikan rilis pers Kemenlu, Kamis (4/5/2017).
Kunjungan kehormatan kepada Wapres Pence dilakukan guna menindaklanjuti hasil kunjungan Wakil Presiden Pence ke Jakarta pada 20-21 April lalu. Dalam kunjungan tersebut, salah satu hal penting yang menjadi komitmen tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Pence adalah penjajakan mekanisme bilateral dalam bidang perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan Amerika Serikat.
"Hubungan perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat bersifat komplementari, sehingga potensi pengembangan kerja sama perdagangan di antara kedua negara sangat terbuka lebar," ujar Retno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menlu Retno dan Mike Pence (Foto: dok. Kemenlu) |
Bagi Indonesia, kata Retno, Amerika Serikat adalah salah satu pangsa pasar terbesar bagi produk ekspor Indonesia dengan nilai USD 15,68 milyar (11,94% market share) pada 2016. Di saat yang sama, Indonesia dengan 250 juta penduduk dan jumlah kelas menengah yang terus bertambah adalah pasar besar bagi produk Amerika.
Bukan hanya soal ekonomi, Retno juga membahas upaya kerja sama strategis Indonesia-Amerika Serikat untuk menanggulangi terorisme dan radikalisme melalui pendekatan soft power. Dengan jumlah penduduk lebih dari 223 juta muslim yang moderat, toleran, dan demokratis (87,18% dari seluruh total penduduk Indonesia), terbesar di dunia, Indonesia memiliki tugas besar dalam memimpin upaya global dalam melawan ideologi radikal. Persepsi global yang mengkaitkan tindakan terorisme dengan ajaran dan agama tertentu harus diluruskan karena tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan berpotensi menimbulkan masalah yang lebih luas.
"Indonesia adalah contoh nyata bahwa tindakan terorisme tidak terkait dengan agama tertentu. Islam di Indonesia memberikan pesan perdamaian dan toleransi dan mencerminkan Islam sebagai rahmat bagi semua umat," ujar Retno.
Pembahasan terkait hal ini menyusul pernyataan Wakil Presiden Mike Pence dalam kesempatan kunjungannya ke Indonesia April lalu, yang menyampaikan kekagumannya atas budaya toleransi dan wajah Islam moderat di Indonesia. Wakil Presiden Pence kembali memuji kebinekaan dan toleransi di Indonesia saat bertemu dengan Menlu RI dan menyampaikan kekaguman yang dialami saat di Jakarta ke berbagai pihak di Amerika Serikat.
Dalam kaitan ini, Retno menyampaikan nilai-nilai pluralisme dan toleransi merupakan soft power dan modal utama dalam membendung ideologi radikal dan terorisme. Bagi Indonesia, upaya mendorong nilai toleransi dan harmoni serta melawan ideologi radikal terorisme yang bertentangan dengan nilai kebinekaan, kemajemukan, dan jati diri Indonesia adalah bagian dari kepentingan nasional.
"Nilai-nilai pluralisme dan toleransi merupakan aset bangsa Indonesia yang sangat dikagumi oleh bangsa lain, termasuk oleh AS. Kita harus bangga dan terus menjaga nilai luhur bangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme," tandas Retno.
Terkait perkembangan di kawasan, kedua pemimpin membahas situasi di Semenanjung Korea yang sedang memanas. Amerika Serikat harus terus memberikan sumbangan yang konstruktif bagi upaya menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan sangat penting menyusul situasi terbaru yang berkembang di Semenanjung Korea.
"Tidak ada negara yang diuntungkan jika konflik terjadi di kawasan kita. Tidak ada pilihan lain bagi semua negara kecuali harus menahan diri dan tidak melakukan tindakan provokasi sekecil apa pun," ujar Retno. (fjp/fjp)












































Menlu Retno dan Mike Pence (Foto: dok. Kemenlu)