Menurut salah seorang tetua warga, Tedi Kusnendi, bangunan-bangunan tersebut ada bukan sejak paslon cagub-cawagub Anies Baswedan-Sandiaga Uno memenangi Pilgub DKI Jakarta versi hitung cepat. Namun bangunan sudah ada sejak April 2016 setelah adanya penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta.
"Ini bangunan banyak bukan berdiri setelah Anies-Sandi menang. Kami sudah lakukan dari lama, setelah dulu digusur," kata Tedi di lokasi, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (28/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kita sudah punya desain. Yang bikin desain masyarakat juga. Konsepnya kayak rusun. Tapi gak tinggi-tinggi amat, 3 lantai. Setiap orang dapat ruangan ukuran sekitar 5x9 meter, nanti bagian dalamnya masyarakat sendiri yang akan membangun partisinya seperti apa," ucap Tedi.
Dia mengatakan, soal konsep ini sudah diutarakan kepada tim sukses Anies-Sandi, ke DPRD dan juga ke tokoh Partai Gerindra seperti Ketua Umum Prabowo Subiyanto dan Fadli Zon. Selama ini hal tersebut disampaikan secara lisan, Tedi berharap ada hitam di atas putih terkait rencana tersebut.
"Sebetulnya kami secara lisan sudah ada ke sana. Dari timses, ke Pak Prabowo, Pak Fadli Zon, ke DPRD juga. Tapi kan secara lisan. Belum ada janji tertulis. Memang bisa saja disebut kami menang. Karena kami ada komunikasi. Harapannya ada hitam di atas putih. Tapi kan mereka tidak bisa sembarangan juga kan," ujarnya.
![]() |
"Mereka minta, coba cari arsitek dan ahli tata kota, dengan LSM juga. Berapa harganya. Jadi mungkin mau dianggarkan tahun 2018. Karena kan harus ada lahan hijau, lahan terbuka. Yang rapi. Kita sebagai warga juga tak apa (tanah) dari 10 meter jadi 5 meter. Warga rela kalau untuk kepentingan umum. Agar indah," tuturnya.
Di lokasi yang sama, warga lainnya Muhamad Jamiat mengatakan desain yang ada saat ini ialah hasil rembug antara warga dengan sebuah lembaga tata ruang kota.
"Desain itu sudah ada, modelnya vertikal. Desainnya oleh Rujak Center, itu organisasi tata ruang kota," katanya.
Jamiat mengatakan, warga setuju dengan desain yang dibuat. Saat ini warga bersama Rujak Center masih melakukan survei-survei lanjutan.
"Warga setuju desainnya. Karena mereka lebih paham. Warga waktu itu dikumpulkan, dijelasin semua. Sekarang kita masih lakukan riset-riset juga sih. Harga bangunan, apa maunya warga. Apakah tetap seperti ini atau beda. Tapi sejauh ini belum ada sih dari warga yang menolak," ucap dia.
Pantauan di lapangan, saat ini bangunan milik warga yang berdiri memiliki beragam ukuran. Mayoritas bangunan menggunakan kayu dan triplek.
Ada juga bangunan di lokasi yang dibangun menggunakan batako dan pasir serta semen. Sementara itu, desain yang dibuat oleh Rujak Center ditempelkan di dinding kayu dari sebuah bangunan yang sering dipakai warga untuk berkumpul. (jbr/rna)