Pembaca detikcom, Rahaditya, menceritakan dirinya baru pertama kali datang ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo. Ia datang bersama keluarganya pada Minggu (23/4) kemarin sekitar pukul 16.00 WIB. Baru saja ingin parkir mobil, tidak ada ruang yang tersisa karena banyaknya sepeda motor yang terparkir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Crowded banget. Di tempat parkir sudah full motor semua. Akhirnya saya parkir liar di sisi seberang kalinya. Bayarnya Rp 10 ribu. Saat itu saya melihat petugas Dishub hanya ada di dekat pintu masuk. Itu juga tidak banyak," ujar Rahaditya kepada detikcom, Senin (24/4/2017).
Kekecewaan Rahaditya yang baru pertama kali ke Kalijodo tak berhenti sampai di situ. Begitu masuk ke dalam RPTRA, kondisi sudah begitu ramai oleh warga. Dirinya pun kaget begitu melihat banyak pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan. Mulai makanan hingga alat-alat kebutuhan rumah tangga.
![]() |
Padahal sepengetahuan Rahaditya, di RPTRA Kalijodo tidak boleh berjualan. Ia juga tidak melihat adanya petugas Satpol PP yang bertugas menjaga wilayah.
"Setahu saya, di situ kan tidak boleh ada PKL. Tapi kenyataannya ada yang jual cilok, nasi goreng. Ada yang jual pisau juga. Saya melihat ada beberapa orang yang berperawakan seperti preman untuk mengawasi orang jualan," cerita Rahaditya.
Selain PKL, saat berkunjung ia melihat banyak warga yang tidak mempedulikan soal sampah. Begitu banyak sampah berserakan di rumput-rumput hingga tempat bermain.
![]() |
"Tempat sampahnya saja bahkan sudah tidak muat menampung sampah," katanya.
Salah satu titik menarik di Kalijodo adalah tempat bermain skateboard. Rahaditya mengatakan kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk bermain skateboard.
![]() |
"Penuh sekali waktu saya ke sana. Anak-anak muda yang bermain skateboard kesulitan. Tidak leluasa. Begitupun yang naik sepeda. Kondisinya semrawut," ujarnya. (nkn/try)