Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Aji Sapto Prabowo, mengatakan, penyebab mati gajah betina yang diperkirakan berumur 20-25 tahun ini diduga akibat racun. Hal ini berdasarkan letak lokasi temuan bangkai hewan bertubuh besar ini tak jauh dari dekat sumber air (alur).
"Tapi kita masih menunggu hasil pemeriksaan tim yang masih di lapangan," kata Sapto dalam konferensi pers di BKSDA Aceh, Jumat (21/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika tiba di lokasi pada Rabu (19/4), tim pendahulu dari Resort Kutacane yang dikerahkan ke lokasi, juga menemukan seekor anak gajah yang berdiri di samping induknya yang telah mati. Bayi gajah yang diperkirakan berusia dua hingga empat tahun ini setia menunggu induknya.
Sapto saat ini masih menunggu laporan dari lokasi untuk memutuskan nasib bayi gajah tersebut. Jika tidak dapat survive di alam, anak "Po Meurah" tersebut akan dievakuasi.
"Kalau dia sudah bisa survive lebih baik kita biarkan di alam. Tapi kalau harus kita selamatkan akan kita selamatkan," jelas Sapto.
Seperti diketahui, seekor gajah betina ditemukan mati di Dusun Munte, Kampung Egkan, Kecamatan Pining, Gayo Lues, Aceh. Informasi soal adanya bangkai gajah itu diperoleh pada Selasa (18/4) lalu. Tim langsung dikerahkan ke lokasi untuk melakukan pengecekan.
(try/try)











































