Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana Madya, Achmad Taufiqoerrochman mengatakan penangkapan kapal dilakukan berdasarkan informasi nelayan soal kapal mencurigakan sekitar pukul 14.00 WIB di Anambas, Kepulauan Riau, Kamis (20/4).
"Ini bukan operasi terencana AL hanya ada informasi dari nelayan ada kapal mencurigakan. Kapal patroli AL sedang tidak ada di sana, kita sedang konsentrasi di Selat Malaka dan Natuna," kata Taufiq dalam jumpa pers bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Jumat (21/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian 4 personel naik kapal itu, kebetulan ada orang bisa berbahasa Melayu. Kemudian ditanya sedang mengangkat kerangka kapal, persis perbatasan," kata Taufiq.
Pada pukul 14.30 WIB, Kamis (20/4), personel TNI AL berada di lokasi kapal asing itu dan meminta ABK menunjukan nakhodanya. Namun ABK kapal nakhoda tidak berada di kapal. Personel TNI AL kemudian mengamankan 20 ABK untuk diperiksa di pos Tarempa dan Jemaja.
"Mereka bilang nakhoda sedang turun ke darat pas personel saya naik ke kapal itu. Nah 20 orang ABK kita amankan untuk pemeriksaan lebih lanjut dibawa Jemaja dan Tarempa Kapal itu masih lego jangkar kapal itu tidak kita kawal," kata dia.
Ada satu personel TNI AL yang menggunakan kapal pompom (perahu tradisional) mengawasi kapal asing itu. TNI AL juga menghubungi kapal perang untuk membawa kapal asing.
Namun saat kapal perang sampai lokasi, kapal asing itu sudah melarikan diri pada pukul 00.00 WIB.
"Kemudian perintahkan kapal perang ke sana, belum kita tangkap. Baru kapal perang ke sana amankan itu, namun kapal itu sudah tidak ada," imbuhnya.
Pihak TNI AL meminta agar pemerintah mengajukan bantuan Interpol untuk menangkap kapal asing tersebut. "Di dalam kapal itu ada bendera Malaysia, tapi kita enggak mau berspekulasi kapal itu milik siapa dan punya siapa," kata Taufiq. (fai/fdn)