"Mobil tersebut tertempel pelat mobil palsu. Jadi BG 1488 ON ini pelat mobil tempelan yang tidak sesuai, jadi palsu. Pelat mobil sebenarnya pelat B, Jakarta, milik sebuah yayasan," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/4/2017).
Rikwanto juga menjelaskan alasan lain pengemudi bernama Indra kabur saat polisi menggelar razia. Menurutnya Indra tidak memiliki SIM hingga memilih tancap gas untuk menghindari sanksi. STNK dari mobil tersebut pun dari Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi sebelum kejadian sedang melakukan razia lalu lintas sekaligus razia terkait kejahatan begal. Petugas menyebut jalur tersebut rawan karena perlintasan penyebaran narkotika dan rawan perampokan.
"Kalau ada razia, yang melarikan diri kemudian dikejar tidak berhenti, ditembak peringatan juga tidak berhenti, kemudian kita berpikiran ini adalah pelaku kejahatan yang memang sengaja menghindari kepolisian," jelasnya.
Brigadir K yang saat itu bertugas berusaha mengejar mobil tersebut. Dia memberikan tembakan peringatan. Namun karena mobil tidak berhenti, K akhirnya melepaskan peluru ke arah mobil.
Ternyata penumpang mobil tersebut bukan pelaku kejahatan melainkan satu keluarga yang ingin berangkat ke sebuah pesta.
Ada 10 tembakan ke arah mobil yang kemudian menewaskan Surini (54) dan satu bocah bernama Genta (3) terluka.
Saat ini brigadir K sedang diperiksa secara intensif oleh Divisi Propam Mabes Polri dan Propam Polda Sumsel. Nantinya akan ditentukan sanksi yang akan diterima Brigadir K.
Atas kasus ini, Polri meminta maaf kepada masyarakat. Seluruh biaya pengobatan satu keluarga akan ditanggung oleh Polri.
"Termasuk juga menanggung semua pembiayaan yang harus dikeluarkan dalam perawatan tersebut. Kita libatkan juga dari psikolog, kita adakan konseling untuk menghilangkan traumatis terutama dari anak-anak kecil," pungkas Rikwanto. (brt/fdn)