Alasan kepindahan Mbah Fanani dari Dieng ke Balongan masih menjadi misteri. Banyak yang beranggapan kepindahan Mbah Fanani mengandung banyak makna.
Toha, salah seorang pendamping Mbah Fanani saat ini, menyebut kepindahan tersebut tak lain sebagai pertanda akan terjadinya suatu hal. Selain itu, Mbah Fanani kerap memanjatkan doa untuk daerah yang disinggahinya karena akan terjadi sesuatu hal besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jauh sebelum terjadinya tanah longsor di Gunung Perahu, Mbah Fanani juga telah memberikan isyarat. Kala itu Mbah Fanani pernah meminta segera pindah tempat dengan perahu, rupanya perahu itu belakangan diketahui sebagai Gunung Perahu.
Soal kepindahan Mbah Fanani kali ini ke Indramayu, Toha mengaku pernah mendapat bocoran. Menurutnya, Indramayu, yang telah dicanangkan sebagai daerah lumbung pangan nasional, rupanya juga terancam oleh bencana nasional.
Hal itu seiring dengan pembuatan Waduk Jatigede, yang pembangunannya menenggelamkan puluhan situs petilasan dan makam tanpa perhitungan. Waduk tersebut diprediksi baru akan penuh terisi air setelah tiga musim. Namun belakangan, air sudah hampir penuh karena tidak ada kemarau panjang.
"Berapa kubik air itu karena empat kecamatan yang ditenggelamkan, sementara satu-satunya pelarian air hanya ke Cimanuk, yang mengaliri Indramayu. Sedangkan kondisi Cimanuk sekarang sudah disekat-sekat," ucapnya.
Prediksi lain yang masih menjadi misteri adalah saat Mbah Fanani mengatakan akan ada penyusup yang mengoyak Indonesia. Penyusup itu masuk dengan menggunakan pesawat. "Kalau yang itu saya juga kurang paham maksudnya. Hanya beliau (Mbah Fanani) yang tahu," pungkas Toha.
Mbah Fanani Pilih 'Bertapa' di Tempat Tak Lazim
Sosok Mbah Fanani sebagai 'petapa' di era modern seperti saat ini memang penuh kontroversi. Namun, di balik kontroversi itu, rupanya Mbah Fanani sudah menjalankannya sejak lama, dan bukan hanya di Dieng saja.
Beberapa sumber menyebutkan Mbah Fanani pernah 'bertapa' di berbagai daerah, mulai Jabar, Jateng, hingga Jatim. Terakhir kali, sebelum naik ke Dieng, Wonosobo, Jateng, Mbah Fanani disebut-sebut bertapa di Cirebon dan Subang.
"Setahu saya hanya di Pulau Jawa, di luar itu tidak pernah," ucap Toha di Petilasan Dampu Awang, Desa Sudimampir, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, belum lama ini.
Uniknya, kata Toha, Mbah Fanani tidak mau berdiam atau 'bertapa' di tanah-tanah tertentu. "Beliau tidak mau berdiam di tanah dapat warisan, dapat wakaf, tanah jariah, tanah hibah, dan tanah yang dibeli. Jadi ya seperti di Dieng itu," ungkapnya. (rvk/rvk)