Cerita Ketua FPI DKI soal Insiden dengan Banser di Kramat Lontar

Cerita Ketua FPI DKI soal Insiden dengan Banser di Kramat Lontar

Nita Sari - detikNews
Selasa, 18 Apr 2017 16:33 WIB
Ketua FPI DKI Buya Abdul Majid (Nita Sari/detikcom)
Jakarta - Ketua FPI DKI Buya Abdul Majid angkat bicara soal peristiwa yang terjadi di Kramat Lontar, Jakarta Pusat, pada Senin (17/4/2017) tadi malam. Awalnya, ada acara kumpul-kumpul di lokasi.

"Ada yang buat pengajian. Tapi bukan pengajiannya yang kita permasalahkan," kata Majid di rumahnya, Jl Kramat Lontar, Kelurahan Kramat, Jakarta Pusat, Selasa (18/4).

Dia menyatakan sudah biasa ada tablig akbar atau pengajian di lingkungannya. Namun yang acara semalam itu diketahui tanpa izin ketua RT setempat. Warga juga tidak tahu soal adanya acara itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan pengajiannya yang dipermasalahkan, tapi kedatangan pasangan calon nomor 2, karena warga di sini tidak menerimalah," ujarnya.

Majid menyatakan, selain karena tak ada izin RT, acara tadi malam direncanakan dihadiri paslon nomor 2. Padahal ini sudah memasuki masa tenang Pilgub DKI.

Majid kemudian berkisah tentang datangnya dua truk berisi mi instan ke kampungnya. Pada sore harinya, datang dua truk lagi memuat tenda untuk acara itu.

"Saya telepon Polres Jakarta Pusat, koordinasi, saya tanya apakah bisa istigasah masa tenang. Katanya, kalau bisa jangan," tutur Majid.

Karena dirasa ada indikasi politik uang, anggota ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) datang ke lapangan. Sejurus kemudian diketahui peserta pengajian bukanlah warga setempat.

"Ternyata betul, ibu-ibu pengajiannya bukan dari sini, tapi dari Cakung, nenteng-nenteng sembako. Warga marah," tutur Majid.

Dimulailah kemarahan warga setempat. Terjadi perdebatan, termasuk melibatkan ACTA, yang disebutnya dicaci-maki. Murid-murid Majid kemudian bergerak.

"Saya di sini punya anak murid, karena mereka mengerahkan preman-preman," ujarnya.

Saat itu Majid dan istri berada di lokasi. Selama setengah jam, dia menanyakan soal apa yang sebenarnya terjadi pada orang-orang yang sedang berada di situ. Kemudian dia menyuruh orang setempat membeli kopi sebagai teman mengobrol bersama tamu. Namun orang yang membeli kopi tersebut mengalami perlakuan kekerasan.

"Diserbu digebukin oleh orang yang membawa senjata tajam. Saya tanya, tahu dari mana dia Banser (Barisan Ansor Serbaguna)? Ada logonya, kata si korban," tuturnya.

Oleh orang yang melakukan aksi kekerasan itu, dia ditanyai, "'Lu anak mana?' Ditanya KTP-nya, dipukuli, bahkan dirampas dompetnya. Ada tiga orang korban."

Orang-orang yang melihat tindakan itu kemudian mundur karena tak mau ambil risiko dengan pembawa senjata tajam. "Kenapa mundur? Mereka pada bawa senjata tajam semua. Saya bilang, lawan. Makanya tersebarlah berita rumah Buya Majid diserang. Memang benar diserang (hanya) mendekati," kata dia.

Wilayah ini berada dekat perbatasan Kelurahan Kramat RW 7 dengan Kelurahan Paseban RW 1. Majid kemudian keluar mencoba mencari tahu lebih dekat. Dia menelepon Polres Jakarta Pusat.

"Saya telepon Kasat Intel-nya, Polres-nya, nggak nyambung-nyambung. Maksudnya supaya tidak jatuh korban dan kaos yang lebih meluas," ucap dia.

Akhirnya datanglah personel Polres Jakarta Pusat. Majid menyampaikan agar aparat menjaga kawasan ini sepanjang malam.

"Kita maunya tenang, aman, damai. Yang kaos-kaos kita nggak mau," kata dia.

Korban dari ribut-ribut semalam sudah diantarkan ke pihak kepolisian. Majid menyatakan dirinya tak akan mungkin "bikin cacat kampung sendiri". Dia berharap Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung lancar dan aparat mengantisipasi segala kemungkinan.

"Divisum, buat laporan. Itulah anak-anak kita, jemaah majelis yang kita tugaskan beli kopi," tutur dia.
Halaman 2 dari 2
(dnu/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads