Kang Toha (42), salah seorang pengurus patilasan, mengatakan beberapa orang yang datang berkelakuan aneh-aneh. Bahkan beberapa di antaranya berbuat tidak menyenangkan sehingga harus 'diusir'.
Kasus pertama adalah seorang ulama terkemuka yang datang untuk bersilaturahmi. Sebelum diizinkan masuk ke kamar Mbah Fanani, ulama tersebut sudah diperingatkan agar tidak memaksa untuk bersalaman. Kenyataannya, ulama tersebut memaksa sehingga Mbah Fanani merasa keberatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kasus ulama tadi, dia mencoba meraih tangan Mbah Fanani secara paksa dan mencoba menciumnya. Saat itu Toha, yang mendampingi masuk kamar, melihat Mbah Fanani memberi isyarat tidak berkenan dengan mengedipkan matanya dua kali.
Melihat isyarat dan perbuatan sang ulama yang dianggapnya tidak sesuai peringatan awal, refleks Toha langsung menamparnya dua kali. "Saya bilang silakan kalau tidak terima (ditampar) buat laporan ke polisi. Tapi karena dia merasa salah, ya akhirnya minta maaf," katanya.
Tak jauh berbeda dengan sang ulama, seorang pemuda yang datang juga ketahuan akan berbuat yang macam-macam. Kala itu si pemuda datang dengan niat bersilaturahmi. Tapi, pada kenyataannya, ada maksud lain di balik kedatangannya itu.
"Beliau tepuk paha saya dua kali, isyarat kalau ada yang niat tidak baik. Ternyata benar dia (pemuda) bawa gunting. Katanya untuk memotong rambut gimbalnya beliau," ucapnya.
Sejak detikcom berada di lokasi tersebut pada Senin pagi hingga sore hari, banyak sekali orang yang datang dan pergi untuk bertemu dengan Mbah Fanani.
Bahkan terlihat beberapa aparat TNI dan Polri baik berseragam maupun berpakaian preman yang datang ke lokasi. Selain untuk mengantisipasi membeludaknya massa, mereka juga mencari informasi terkait isu yang berkembang, yakni Mbah Fanani hilang diculik.
(try/try)