Toha (42), salah seorang yang menjemput Mbah Fanani, menceritakan kejadian tersebut. Toha, yang merupakan anak Syekh Rojab alias Abah Rojab, adalah orang pertama yang mendapat mandat untuk menjemput Mbah Fanani yang berada di Dieng.
Mbah Fanani sendiri menyampaikan keinginannya pindah dari Dieng ke Indramayu kepada Abah Rojab melalui pembicaraan yang dilakukan keduanya. "Yang mengerti bahasanya itu hanya beliau berdua. Saya hanya mendapat mandat tugas saja," ungkap Toha kepada detikcom, Senin (17/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat bulan sebelum menjemput, Toha bertemu dengan Mbah Fanani. Namun penjemputan urung terlaksana karena dia merasa belum mampu. Padahal, kata Toha, saat itu Mbah Fanani sudah memberi isyarat kepadanya untuk segera membawanya.
Akhirnya, pada malam penjemputan, dia bersama beberapa orang lainnya datang ke Dieng sekitar pukul 23.00 WIB. Sebelum menjemput, Toha sempat mengetuk pintu rumah yang berada di depan tenda Mbah Fanani untuk meminta izin.
Saat proses penjemputan itu, dua buah tong yang berada di dekat tenda terjatuh sehingga membuat pemilik rumah keluar. Histeria baru terjadi saat Mbah Fanani diangkat namun rambut gimbalnya yang panjang tidak sengaja terinjak.
"Terus istri yang punya rumah teriak, 'Eh, jangan begitu.' Disangkanya kita lakukan secara paksa, padahal rambutnya tidak sengaja terinjak," katanya.
Warga sekitar baru berdatangan saat sang istri pemilik rumah tiba-tiba menangis histeris dan meminta maaf karena selama ini dia tidak bisa memberikan hal terbaik kepada Mbah Fanani, yang ternyata seorang sepuh dihormati oleh kalangan ulama dan kiai.
"Waktu itu terus teriak minta maaf, jadi ramai. Tapi Mbah Fanani sudah masuk mobil. Dan di dalam beliau langsung kedip mata ke saya, memberi isyarat agar cepat pergi," ucapnya.
Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Mbah Fanani akhirnya sampai di Patilasan Syekh Dampu Alam, Desa Sudimampir, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, pagi hari, sekitar pukul 05.00 WIB.
Lebih lanjut Toha mengatakan, ungkapan 'penculik' yang ditujukan kepadanya adalah salah besar. Pasalnya, sebelum menjemput, dia sudah mendapat izin dari pihak keluarga dan tentunya atas kehendak Mbah Fanani sendiri.
Saat ini Mbah Fanani berada di sebuah kamar di dalam musala yang berada tak jauh dari patilasan. Mbah Fanani kini bisa beristirahat dan menjalankan rutinitasnya dengan lebih layak ketimbang sebelumnya, yang hanya sebuah tenda beralas tanah.
(try/try)