Kondisi kawasan terdepan itu dilihat detikcom di tapal batas yang terletak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bukan karena ulah manusia, melainkan kekuatan alamlah yang mengancam tergerusnya tapal batas ini.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pelat logam warna kuningan di samping dan di atas pilar ini. Pelat di samping diberi tanda bendera Indonesia dan Timor Leste, meski sudah agak mengelupas. Ada tulisan terbaca di sini, bunyinya, "Garis batas negara berada di antara pilar ini dengan pilar di seberang sungai ini." Di bawahnya ada terjemahan bahasa Portugis dan bahasa Inggris.
![]() |
![]() |
Bila tidak ditangani, bukan tidak mungkin erosi di bibir sungai ini bakal membikin pilar batas negara kandas. Dia kemudian menunjuk jauh ke arah selatan, dekat hutan larangan. Bibir sungai di sana juga mengalami erosi serupa, tergerus arus Sungai Malibaka. Bahkan erosi di sana lebih parah karena bisa menghilangkan daratan teritori Indonesia.
"Di sana punya kita mundur 15 meter," kata Sidiq.
Pada Desember 2016, Sungai Malibaka benar-benar meluap. Saung pos perbatasan di bibir sungai kemudian ditinggalkan karena kebanjiran. Kini pos perbatasan TNI sekadar untuk memeriksa pelintas batas dipindah ke titik yang lebih aman, sekitar 100 meter dari bibir sungai, dekat Pos Imigrasi dan Pos Bea-Cukai.
Kondisi terancamnya tapal batas oleh erosi ini sudah dilaporkan pihak TNI di Pos Turiskain ke pihak Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Kemudian tim dari BNPP datang mengukur lokasi.
"Kita di sini menunggu, katanya tahun ini tepi Sungai Malibaka akan mendapatkan pembangunan bronjong," ucap Sidiq.
Pengerasan tepian Sungai Malibaka perlu dilakukan agar tak terus tergerus arus air. Bila melihat di seberang, di tepian sungai teritori Maliana, Distrik Bobonaro, Timor Leste, tepian sungai sudah diperkeras. Konstruksinya berupa batu-batu bertingkat tiga, total tingginya sekitar 3 meter.
Konstruksi itu dibangun sejak akhir tahun lalu. Panjangnya sekitar 1 km. Masalah batas negara yang tergerus aliran sungai memang dialami kedua negara.
![]() |
Sore hari sampai di Pos Motaain, kami diajak berpatroli memeriksa situasi di perbatasan, yakni di seberang Sungai Motaain, alur Sungai Motabiku. Di sini personel TNI di Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan menemui hal yang sama, patok perbatasan terancam amblas tergerus erosi tepi sungai.
"Ini masih wilayah Indonesia," kata Komandan Pos Motaain Lettu Inf Agus Sudarsono menjelaskan kepada detikcom.
Titik ini berada di seberang sungai. Bila terus melangkah sekitar 70 meter ke timur, itu sudah masuk wilayah Timor Leste. Di titik ini, ada pilar batas negara, bentuk dan kondisinya serupa dengan yang ada di Turiskain.
Tinggal maju kurang dari selangkah saja dari pilar batas negara, jurang setinggi 4 meter siap menyambut. "Hati-hati, ini tanahnya," kata Agus menyuruh salah satu dari kami memperhatikan tanah di bibir sungai ini. Tanahnya memang terasa cukup mudah longsor.
Bila didiamkan saja, bisa jadi pilar batas negara ini bakal amblas. "Dua bulan lalu masih belum erosi seperti ini. Ini kan tanah pasir. Saat ini sudah tergerus sekitar 10 meter, nyaris menggerus pilar perbatasan," ucap Agus.
Dia menunjukkan beberapa bulan yang lalu tebing sungai ini tidak secekung sekarang. Masih ada 10 meter ke depan sungai yang bisa diinjak. Kini bagian itu sudah runtuh.
Wakil Bupati Belu JT Ose Luan menyatakan erosi memang menjadi masalah di tapal batas, terutama di Sungai Malibaka, Turiskain. Apalagi bentuk detail Sungai Malibaka juga terkadang bisa berubah seturut fenomena arus air dan faktor alamiah lainnya.
"Titik koordinatnya berubah-ubah di Kali Malibaka itu (di Turiskain)," kata Ose Luan di kantornya.
Simak terus cerita-cerita dari kawasan terdepan Indonesia di Tapal Batas detikcom. (dnu/fjp)