"Udah lama jadi lapangan. biasanya juga main bola di sini. Nggak ada yang ngelarang," kata Irwan warga setempat, Kota Serang, Kamis (13/4/2017).
Benteng Speelwijk berada di Kampung Pamarican, Kelurahan Banten, Kasemen. Bangunan ini berdiri membutuhkan waktu sekitar 4 tahun dari 1681 sampai 1684. Nama Speelwijk sendiri diambil oleh sang arsitek untuk menghormati Gubernur Hindia Belanda ke 14, Cornelis Janszoon Speelman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dinding benteng yang terbuat dari campuran batu, pasir dan kapur setinggi 3 meter dibangun oleh buruh-buruh dari Cina. Kondisi saat ini begitu sangat memprihatinkan. Selain banyak sampah di parit-parit sekitar benteng, lapangan sepakbola juga berpotensi merusak keutuhan benteng sebagai cagar budaya.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten mengaku sudah pernah melarang Benteng Speelwijk dijadikan lapangan sepakbola. Namun, karena tidak ada unit kerja yang melarang dan membubarkan warga yang menggunakan situs untuk bermain, BPCB mengaku menyerahkan hal tersebut ke pemerintah Kota Serang.
"Kita sudah melarang. Setiap kali kita ada statemen bahwa di sana ada kegiatatan yang merusak. sepakbola sudah jelas merusak di sana. Artinya dengan aktivitas bermain bola sudah bisa menghancurkan strutur yang ada. Apalagi dilakukan secara kontinyu," kata Soni Prasetia Wibaya, Ketua Unit Dokumentasi dan Publikasi BPCB Banten saat dikonfirmasi terpisah.
Kantor BPCB Banten juga sebetulnya tidak memberikan izin bagi warga bermain di sana. Namun, Soni mengatakan warga di sana tidak memiliki ruang publik. Ia mengatakan kebutuhan tersebut seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah.
"Artinya bahwa intinya masyarakat butuh ruang publik. Kebetulan memakai (Benteng) Speelwijk itu. Itu kasus yang di Speelwijk," ucapnya lagi.
Larangan pun sudah disampaikan beberapa kali ke pihak warga. Namun, ia beralasan bahwa BPCB hanya memiliki unit kerja teknis yang hanya merawat dan bukan ke pengamanan situs.
"Kami tidak seperti Pemda yang punya satuan Pamong Praja. Kami hanya bisa, oh situs harus begini. Kita punya tenaga tekhnis untuk merawat dan sebagainya. Kami tidak punya instrumen pengaman," katanya lagi.
Soni mengatakan masalah di situs cagar budaya di Banten Lama bukan hanya Benteng Speelwijk. Di sekitar reruntuhan Keraton Surosowan menurutnya juga perlu mendapatkan perhatian. Apalagi, sampah dan pagar yang mengelilingi reruntuhan bekas tempat tinggal raja dan keluarga Kesultanan Banten rusak dan dipenuhi pedagang kaki lima.
"Di Surosowan, pedagang itu merusak situs. Di luar itu kami pagari, yang sekarang terjadi, pagar tidak terlihat. Sampah sudah jelas, pagar tidak baik lagi. Kita pernah memperbaiki di 2015, satu tahun rusak lagi karena tidak tahan lama," ucap Soni menjelaskan.
Ia juga mengatakan sebetulnya sudah ada rencana relokasi pada tahun lalu. Tapi sampai hari ini rencana tersebut tertunda. Yang ia tahu, pedagang-pedagang di sana memang dikoordinasi oleh pihak yayasan.
"Ada rencaana relokasi meskipun tertunda. Mudah-mudahan bisa terlaksana, sepengetahuan kami pihak pedagang dikoordinasi oleh pihak yayasan di sana. Itu yang mungkin harus dilakukan," ucapnya. (bri/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini