Di era teknologi informasi seperti saat ini, sinyal telekomunikasi punya arti penting bagi hajat hidup orang banyak. Perebutan sinyal di udara bak peperangan menuju ponsel-ponsel di tangan warga. Fenomena ini dirasakan orang-orang di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, dan di Timor Leste.
Saat detikcom mengunjungi Kabupaten Belu, antara 29 Maret dan 3 April 2017, hanya ada satu sinyal yang masuk ke ponsel yang kami bawa, yakni sinyal dari Telkomsel. Tak ada lagi sinyal dari operator telekomunikasi seluler Indonesia lainnya yang berhasil terdeteksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BTS Telkomsel yang terlihat dari PLBN Motaain Foto: Fitraya Ramadhanny |
Masyarakat di sini mengonfirmasi hal serupa. Kata mereka, ada pula sinyal dari perusahaan Indonesia lain dengan jangkauan terbatas di Atambua, ibu kota Belu. Namun sayang, hal itu tak terbukti di ponsel yang saya genggam.
Sekitar 40 km dari Atambua, tepatnya di daerah Pos Perbatasan Turiskain, Kecamatan Raihat, masyarakat menyatakan hal senada. Di perbukitan dan padang rumput Fulan Fehan, Kecamatan Lamaknen, sinyal Telkomsel menjadi satu-satunya yang muncul di ponsel polyphonic rekan kami. Di Pasar Lolowa, sekitar 15 menit dari Atambua hingga di pesisir utara, juga setali tiga uang.
"Di sini kalau telepon saja lancar pakai Telkomsel," kata Deni Samborges (17), warga setempat.
Foto: Lamhot Aritonang/detikcom |
"Di sini kalau hujan besar, dari malam sampai pagi bisa mati listriknya," kata Deni.
Sebagai siswa kelas II SMA, Deni juga butuh asupan informasi via internet. Namun itu tak mudah didapat. Dia harus pergi ke Haekesak, ibu kota kecamatan. Atau pilihan lain, pakai sinyal internet dari Timor Leste.
"Makanya kita butuh Wi-Fi juga di sini. Kita main Facebook saja di sini setengah mati," tutur Deni.
Di Atambua, sinyal 4G dari Telkomsel sudah hadir. Wakil Bupati Belu JT Ose Luan, saat ditemui di kantornya, bercerita kehadiran sinyal Telkomsel sudah sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dulu pihak Pemda Belu bahkan sempat mengadakan telekonferensi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, yang kala itu sedang berada di Bali.
Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Turiskain (Fitraya Ramadhanny/detikcom) |
Kondisi ini lebih baik ketimbang beberapa tahun sebelum itu. Sebelum ada penguatan dari Telkomsel, sinyal dari Timor Leste bahkan menguasai ruang Bupati Wilybrodus Lay.
"Bahkan sampai ruang Pak Bupati dulu roaming. Sinyal Timor Leste lebih kuat dari kita. Kita menelepon bisa habis Rp 100 ribu tidak sampai semenit. Jadi saya gaya-gayaan telepon, malah kaget! Buka pulsa sudah nol. Tapi sekarang sudah teratasi," tutur Ose Luan, bercerita masa lalu.
Dia mengungkapkan beberapa daerahnya masih dalam kondisi sulit sinyal. Masyarakat bahkan perlu 'mengungsi' sejenak demi mendapatkan sinyal.
"Sehingga perlu ada penambahan-penambahan menara BTS," katanya.
Perhatian pemerintah pusat dan pihak yang berkepentingan dia harapkan bisa muncul bila mengetahui fakta ini. Kawasan terdepan Indonesia perlu digarap serius.
"Inilah bangsa, harus ada yang begitu (memberi tahu kekurangan), sehingga kita bisa punya cerita, ada perhatian, 'Oh, harus tambah pemasangan tower'," ujarnya.
Telkomsel Masuk Timor Leste
Ternyata tak hanya sinyal Telemor atau Telkomcel dari Timor Leste yang masuk ke Indonesia. Sinyal Telkomsel juga masuk ke Timor Leste. Hal ini dituturkan oleh Martinus (42), warga Maliana, Distrik Bobonaro, Timor Leste, di Turiskain.
"Saya di Desa Bulialo Maliana, sinyal Telkomsel dari Indonesia masuk," ucap Martinus.
Komandan Kompi Satgas Kipur Dua Yonif Raider 641 Lettu Sidiq Tri Kuncoro menjelaskan kawasan Turiskain sampai Maliana, Timor Leste, adalah daerah lembah. Karena topografinya demikian, jalannya sinyal menjadi tak merata dan terkadang terhalang bukit-bukit di sekitarnya.
Lettu Sidiq (Danu Damarjati/detikcom) |
Telkomsel di Kawasan Terdepan
Pihak Telkomsel mengakui persaingan sinyal di perbatasan ini. Mereka seolah menjadi pemain tunggal di kawasan terdepan Indonesia. Di Belu, total ada 80 menara BTS Telkomsel, ditambah lima menara BTS Merah Putih, yakni BTS dari pemerintah namun dioperasikan oleh pihak nonpemerintah. Tak ada operator seluler lain yang punya menara BTS sebanyak Telkomsel di daerah ini. Bahkan di Nusa Tenggara Timur, Telkomsel punya 1.056 menara BTS.
Dengan kekuatan demikian di kawasan perbatasan, keruan saja sinyal Telkomsel mempenetrasi teritori Timor Leste. Pihak Timor Leste bahkan sempat menanggapi soal jauhnya jangkauan Telkomsel ini.
"Awal Maret kami mendapatkan teguran dari Timor Leste karena sinyal kami sudah terlalu kuat. Katanya sinyal kami masuk sampai 2 km. Sampai saat ini, kita cari win-win solution, menyurvei kembali, dan melakukan 'tuning'," kata Manager Network Service Telkomsel Kupang Zaki Fithra di Atambua.
"Salah satu perang kami dalam menjaga jaringan ya itu, termasuk menjaga terkait listrik dari PLN," kata Zaki.
Namun ada pula titik-titik tertentu yang memang belum dijangkau. Faktor geografis juga mempengaruhi. Kemungkinan sinyal Timor Leste masuk juga karena mereka menggunakan frekuensi yang lebih rendah, sedangkan Telkomsel memakai frekuensi yang lebih tinggi. Sederhananya, frekuensi rendah bisa lebih kuat namun jangkauannya pendek. Frekuensi tinggi memiliki jangkauan luas meski kadang bisa lemah di titik-titik tertentu.
Foto: Grandyos Zafna |
Solusi untuk BTS yang kehabisan asupan listrik PLN adalah pemanfaatan genset dan baterai di menara. Karena tak semua menara dilengkapi genset, Telkomsel juga memanfaatkan genset mobile.
"Padahal genset mobile ini juga butuh dukungan akses jalan. Dan akses jalan di sini kadang juga tidak bagus," ujarnya.
Meski demikian, rintangan itu harus dijalani. Telkomsel ingin melanjutkan dominasinya di daerah tapal batas. Lagipula, kawasan terdepan dianggapnya sebagai wajah negara yang harus dijaga.
"Telkomsel sejalan dengan komitmen pemerintah, dengan Nawacita yang membangun dari pinggiran, sampai daerah terdepan. Ini penting untuk kedaulatan negara," ucap Zaki.
Simak terus cerita-cerita dari kawasan terdepan Indonesia di Tapal Batas detikcom. (dnu/fjp)












































BTS Telkomsel yang terlihat dari PLBN Motaain Foto: Fitraya Ramadhanny
Foto: Lamhot Aritonang/detikcom
Perbatasan Indonesia-Timor Leste di Turiskain (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
Lettu Sidiq (Danu Damarjati/detikcom)
Foto: Grandyos Zafna