Sunaryanto menyebut sebelum melakukan penembakan situasi di sekitar angkot sangat menegangkan. Dia melihat posisi korban sangat tertekan dan proses negosiasi yang cukup alot.
"Saya lihat negosiasi terlalu alot dan tekanan untuk ibu itu terlalu tinggi. Karena saya lihat ibu itu sudah pasrah," tutur Sunaryanto di Kantor Satlantas Jaktim, Jl DI Panjaitan, Jakarta Timur, Selasa (11/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lihat massa semakin menjauh. Tapi saya lihat tetap berisiko," tutur.
Karena korban semakin tertekan, Sunaryanto pun tak bisa menunggu lagi. Sunaryanto mencoba mengalihkan perhatian pelaku dengan melalukan gerakan tangan dan dibantu oleh massa yang berada sekitar angkot tersebut.
"Karena tidak mungkin saya nunggu lagi. Massa ada yang bilang 'turun, turun' lalu saya bantu dengan tangan saya 'jangan jangan'. Pelaku mengikuti tangan saya. Ketika lengah dia langsung saya eksekusi," paparnya.
Aiptu Sunaryanto melakukan aksi heroik menyelamatkan Risma Oktaviani (25) dan anaknya Dafa (2) yang ditodong oleh Hermawan di Angkutan Kota KWK T25 (Rawamangun-Pulogebang) di Jalan Gusti Ngurah Rai, Buaran, Jaktim. Hermawan pelaku sempat diamankan di kantor polisi Subsektor Klender untuk menghindari amukan massa yang saat itu geram atas ulahnya. Sekitar pukul 19.30 WIB, Minggu (9/4). (ibh/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini