"MRT dan LRT (Light Rapid Transit) justru menjadi solusi dari sebuah kemacetan. Jadi, bukan penyebab kemacetan. Tapi, kalau dalam proses pembangunan agak macet, ya harap dimaklumi karena dalam masa konstruksi," ujar Sumarsono di Disdukcapil, Jakarta Barat, Kamis (6/4/2017).
Pemprov DKI Jakarta saat ini juga telah mengupayakan penggunaan transportasi massal lainnya. Seperti bus besar TransJ, kerja sama dengan bus sedang, serta bus kecil/angkutan kota KWK terintegrasi yang baru diresmikan Senin (3/4) kemarin untuk mengatasi kemacetan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika MRT berjalan, setidak-tidaknya 10 persen sampai 15 persen warga mulai bergeser. Kira-kira gitu. Itu posisinya ditambah LRT antarmoda berjalan naik lagi," ujar Sumarsono.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) William P Sabandar (Willy) mengatakan pembangunan MRT sudah mencapai 69 persen. MRT akan beroperasi Maret 2019 mendatang.
"Rencana penyelesaian konstruksi kita jadi kita akan operasi di bulan maret 2019. Konstruksi akan diselesaikan di pertengahan 2018. Sekarang over all sudah 69 persen pengerjaan," ujar Willy dalam pemaparan kepada Komisi V DPR di Bundaran HI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (6/4).
Willy mengatakan waktu tempuh dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI hanya 30 menit menggunakan MRT. 16 kereta akan disediakan. Jika waktu sibuk, kereta akan datang 5 menit sekali menghindari tumpukan penumpang. (dkp/dkp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini