Salah satu isu penting yang dibahas mendalam dalam sidang selama lebih dari sepekan itu, menurut Qomaruliati yang biasa dipanggil Rully itu adalah soal perbedaan gaji antara perempuan dan lelaki. Kesenjangan, kata dia, masih 23% secara global, tetap di semua negara. Negara-negara anggota menyatakan keprihatinan atas kondisi ini," kata Rully dalam pernyataan tertulis kepada detikcom, Selasa (4/4/2017).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perempuan-perempuan membutuhkan akses ke pendidikan dan training agar bisa berpartisipasi di ekonomi yang serba digital," kata Rully. Sekarang, ia melanjutkan, ada lebih dari 3 miliar orang di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak memiliki ponsel dan 1,7 miliar dari mereka adalah perempuan.
Rully mewakili kampusnya, College of Atlantic, Maine, US bersama 4 mahasiswa lainnya yakni Andrea Fontana (Italy), Ana María Zabala Gómez (Colombia), Lea Latoja Seitter (Germany), dan Thule van den Dam (Netherlands/Canada).
"Kampus kami telah terakreditasi oleh ECOSOC dua tahun lalu namun tahun ini pertama kali mengirimkan perwakilan untuk CSW (Commission on the Status of Women atau Komisi Status Perempuan)," tulis Rully.
Alumnus SMA 8 Jakarta itu mengaku bangga dapat terpilih untuk mengikuti sidang terbesar tentang kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan hak-hak perempuan tersebut. Tahun ini, kata Rully, CSW dihadiri oleh perwakilan dari 162 negara anggota, termasuk 89 diantaranya setingkat menteri. Belum lagi ada 3,900 utusan dari 590 organisasi civil. "Mereka semua datang untuk membuktikan kesatuan suara dan hak perempuan di seluruh dunia," tulis gadis kelahiran Depok, 22 September 1997 itu.
Sebelum mendapatkan beasiswa kuliah di Amerika, begitu naik kelas 3 di SMA 8, Rully mendapatkan beasiswa untuk belajar di United World Collge (UWC) British Colombia, Victoria, Kanada, 2014-2016. Dia juga pernah menerbitkan buku pada April 2013 bertajuk, "Live in Strasbourg: Pengalaman Remaja Tinggal di Keluarga Prancis".
Buku karya anak pertama pasangan Suradi (wartawan) dan Safrudiningsih (dosen PTS) itu salah satunya diberi kata pengantar oleh Merry Riana. (jat/erd)