"Coba dipahami betul, diberikan penjelasan kepada kami, kenapa Bapak Ibu dipilih? Bagaimana dan upayanya seperti apa KPU menghadirkan pabrikan pemimpin," ujar Arteria di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/4/2017) malam.
Arteria menganggap jawaban-jawaban atas pertanyaan anggota dewan hanya untuk sekadar mengambil hati. Dia menyebut para calon hanya menawarkan janji-janji manis saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Arteria, politikus PDIP lainnya, Henry Yosodiningrat, meminta para calon untuk tidak muluk-muluk. Dia tak suka orang munafik.
"Saya tidak suka dengan orang munafik," cetus Henry yang kemudian meminta para calon menjawab tegas pertanyaan anggota Komisi II tanpa berputar-putar.
Arteria kembali bersuara. Dia pun bertanya khusus kepada calon incumbent, yaitu Sigit Pamungkas. Dia meminta pandangan Sigit terkait pengajuan judicial review (JR) UU Pilkada ke MK.
"Pandangan Anda tentang pasal 9 A. Incumbent kenapa JR?" tanya Arteria.
"Pasal terkait itu pernah di JR masyarakat sipil. MK menolak karena tak ada kepentingan. Ada pengalaman kita 2009 Bawaslu JR UU nomor 22 tahun 2007, waktu itu terjadi sengketa Bawaslu dengan KPU terkait pembentukan Panwaslu daerah. Itu terjadi konflik kepentingan yang kemudian lahirlah JR Bawaslu RI terhadap UU Penyelenggaraan Pemilu," jawab Sigit. (gbr/dnu)











































