2 Aktivis yang Ditangkap Polisi Dikenai Pasal Diskriminasi Etnis

Jakarta - Dua aktivis yang ditangkap bersama Muhammad Al-Khaththath, Veddrik Nugraha alias Diko dan Mar'ad Fachri Said alias Andre, dikenai pasal diskriminasi etnis. Keduanya meneriakkan kata-kata bernuansa SARA saat menghadiri pertemuan.

"Dua orang itu adalah Diko (Veddrik Nugraha) dan Andre (Mar'ad Fachru Said), dia berteriak tentang 'anti-China'," ujar Dahlia Zein, anggota tim kuasa hukum yang memberikan pendampingan, saat konferensi pers di Hotel Bumi Wiyata, Jl Margonda Raya, Depok, Sabtu (1/4/2017).

Menurut Dahlia, ucapan soal anti-etnis tertentu yang dilontarkan oleh Andre dan Diko itu terjadi pada saat Forum Syuhada Indonesia (FSI), yang dipimpin oleh Al-Khaththath, melakukan konferensi pers di Markas Besar FSI di Jl Menteng Raya 40, Menteng, Jakpus, beberapa waktu lalu.

Dahlia menyesalkan penangkapan polisi terhadap kelimanya karena tidak didasari bukti yang kuat atas upaya permufakatan makar yang dituduhkan. Polisi, menurut Dahlia, hanya punya bukti pertemuan dan orasi.

"Barbuk nggak ada, hanya pertemuan-pertemuan saja untuk mengakomodir aksi 313. Iya alat buktinya pertemuan dan orasi, salah satunya 'usir China', itu dituangkan dalam berkas BAP," ucap Dahlia.

Pertemuan itu, menurutnya, berlangsung dua kali. Ditegaskan Dahlia, dalam pertemuan juga tidak ada pembicaraan tentang upaya menggulingkan pemerintahan yang sah seperti yang disangkakan polisi.

"Yang diduga polisi, mereka-mereka (tersangka) ini mau melakukan makar karena ada yang menyatakan secara viral akan menguasai DPR, aksi (313) itu akan terpecah di DPR dan Istana, tapi ternyata hanya di Istana saja. Buktinya aman dan damai," ucapnya.

Menurut Dahlia, aparat bertindak berlebihan. "Kalau menurut saya, paranoid saja," ujarnya. (mei/fdn)