Hujan Es, Fenomena Biasa Menjelang Pancaroba

Hujan Es, Fenomena Biasa Menjelang Pancaroba

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Rabu, 29 Mar 2017 05:57 WIB
Hujan Es, Fenomena Biasa Menjelang Pancaroba
Kristal air yang turun saat hujan kemarin. (Istimewa)
Jakarta - Wilayah Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan es kemarin sore. Meski terdengar aneh, rupanya hujan es adalah fenomena alam yang biasa terjadi.

"Itu adalah pergerakan monsun di mana musim pancaroba akan mulai. Hujan es biasa. Sebenarnya kristal, bukan es. Itu akibat penumpukan partikel dalam awan sebelum hujan," ujar peneliti perubahan iklim Prof Wayan Suparta kepada detikcom, Selasa (28/3/2017) malam.

Wayan merupakan peneliti sekaligus pengajar di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Kini Wayan tengah meneliti dampak perubahan iklim dengan mencari petir di Antartika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hujan es atau kristal, menurut Wayan, biasanya terjadi pada wilayah yang lingkungannya relatif sejuk dan sering hujan. Wilayah Khatulistiwa, yang beriklim tropis, pun tetap bisa mengalami hujan es.

"Itu akibat awan kumulonimbus (Cb) yang mengalami pendinginan sebelum sempat mencair atau jatuh ke bumi. Kalau di daerah musim sejuk, itu akan menghasilkan hujan salju," ucap Wayan.


Normalnya, hujan es terjadi hanya beberapa menit hingga beberapa jam. Selain itu, hujan es relatif tidak menimbulkan kerusakan besar.

Sebelumnya hujan es mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada Selasa sore (28/3). Kristal-kristal air turun disertai hujan lebat dan petir.

BMKG pun langsung memberi penjelasan bagaimana fenomena ini bisa terjadi. Indikasi terjadinya hujan lebat atau hujan es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat, yakni:

- Satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi terasa panas dan gerah.

- Udara terasa panas dan gerah akibat adanya radiasi matahari yang cukup kuat, yang ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4,5Β°C), disertai kelembapan yang cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh nilai kelembapan udara di lapisan 700 mb (> 60%).

- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan kumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

- Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal sebagai awan kumulonimbus.

- Pada pepohonan di sekitar tempat kita berdiri, ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

- Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri.

- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Apabila hujannya gerimis, kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

- Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/hujan, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk kategori puting beliung maupun yang tidak. (bag/fdu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads