"Dari situlah persebaran kopiah dimulai hingga ke seluruh penjuru Nusantara," tulis Abdul Mun'im DZ dalam buku "Fragmen Sejarah NU, Menyambung Akar Budaya Nusantara" yang diterbitkan Pustaka Compass.
Kala itu, ia melanjutkan, pemakaian kopiah menjadi salah satu bentuk kezuhudan seseorang. Bila sembahyang melepaskan kopiah akan dianggap kurang utama. Bahkan, tulis mantan Wakil Sekjen PBNU itu, santri yang berani melepas kopiah dalam kesehariannya akan distigma sebagai santri badung yang melanggar tata krama, aturan, dan pelajaran. Setidaknya akan diolok-olok sebagai santri gundul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini, Gresik tetap terdepan dalam industri kopiah meski kota-kota lain ikut memproduksinya seperti Kudus, Pekalongan, dan Tasik.
(jat/aan)