"Ini ternyata juga melibatkan Swedia, melibatkan Bahama, dan sebagainya. Jadi ini cukup kompleks juga," ujar Luhut dalam sambutannya di gedung BPPT, Jalan MH Thamrin nomor 8, Jakarta Pusat, Jumat (24/3/2017).
Dalam mengidentifikasi masalah ini, Luhut bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Saat ini kerja sama tersebut sudah sampai ke tahap penghitungan kerugian.
"Sekarang itu sedang kita evaluasi dan Kementerian Lingkungan Hidup juga bekerja sama dengan kami dan sedang kita hitung dan bagusnya, dari pihak asuransi juga sudah terlibat," terang Luhut.
Luhut mengaku tim yang bertindak untuk mengidentifikasi masalah ini menemukan sejumlah kerusakan terumbu karang akibat ditabrak oleh kapal berbendera Bahama itu. Mantan Menko Polhukam itu menjelaskan terumbu karang yang rusak itu memerlukan waktu perbaikan puluhan bahkan ratusan tahun.
"Kita sudah menemukan kerusakan yang diakibatkan itu. Karangnya itu hampir 19.000 m2 yang rusak, terumbu karang itu 13.000 m2. Dan itu butuh waktu untuk recovery, bisa 50-150 tahun tergantung jenis karang itu," terang Luhut.
Terkait dengan langkah Indonesia terkait dengan masalah ini, Luhut masih ingin menunggu laporan yang tengah dirampungkan oleh tim yang mengidentifikasi. Luhut mengaku tidak ingin bertindak sebelum menerima data lengkap.
"Gini, kita nggak mau dong bereaksi sebelum kita dapat data lengkap. Nanti kalau kita membuat tindakan-tindakan, ternyata data yang kita terima belum lengkap, nanti kita salah juga. Tinggal tunggu nanti siang aja. Laporin, kita lihat," pungkas Luhut. (irm/rvk)