"Kalau ketemu, kadang dia (Jiro) yang nyamperin dulu. Suka menyapa, dan ngobrol ringan. Tapi dia sosok yang tegas kalau sedang bekerja," ujar pengarang buku Laptime JKT48: Lima Tahun Penuh Cerita, Dhimas Ginanjar, kepada detikcom, Rabu (22/3/2017).
Dhimas menceritakan Jiro meminta personel JKT48 untuk tetap menemani saat penggemarnya masih berada di Teater JKT48. Jiro juga dikenal bisa berbahasa Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dhimas mengenal Jiro sejak tahun 2012. Dhimas terakhir kali bertemu Jiro pada Sabtu, (18/3) di Surabaya, Jawa Timur.
"Sabtu kemarin di surabaya. Nggak ada kelihatan orang lagi bermasalah, seperti yang biasa bertemu," ujar Dhimas.
Dhimas mengaku kaget atas wafatnya Jiro. Tidak ada firasat aneh yang dirasakan Dhimas jelang kepergian Jiro.
"Syok pastinya. Karena ketemu Sabtu masih seperti biasa, nggak ada yang aneh. Pas tadi pagi tahu, aku masih nggak percaya, jangan-jangan orang yang kebetulan bernama sama," terang Dhimas.
Ia mendoakan agar Jiro meninggal dalam suasana kedamaian. Dhimas optimis 'tangan dingin' Jiro membentuk karakter JKT48.
"Semoga dia tenang di sana, meninggalkan semua ini dalam kedamaian, dan bisa tersenyum melihat perkembangan JKT48 setelah ini. Saya yakin, 'tangan dinginnya' selama ini sudah membentuk JKT48 sebagai grup idola yang kokoh," pungkas Dhimas.
Sebelumnya polisi menyebut motif bunuh diri Inao Jiro, adalah tekanan pekerjaan. Jiro, yang merupakan salah satu manajer idol group JKT48, ditemukan tewas gantung diri di rumahnya pada Selasa (21/3). Polisi sudah memeriksa tiga saksi terkait dengan kematian Jiro.
(dkp/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini