"Dampak menunjukan wilayah selatan Bali seperti Kuta, Tabanan dan Mataram turut merasakan guncangan. Termasuk Banyuwangi, Taliwang, Karangkates, Sawahan dan Bima," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi, melalui pernyataan pers, Rabu (22/3/2017).
Guncangan yang berpusat di 8.79 lintang selatan dan 115.19 bujur timur itu disebut dirasakan di seluruh wilayah Bali cukup kuat. Laporan kerusakan bangunan akibat gempa di kedalaman 125 Km itu pun telah dikumpulkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi kerusakan juga datang dari Kabupaten Jembrana yakni kerusakan ringan rumah warga dan Candi Palbatas di Desa Yeh yang miring. Sementara di daerah lainnya banyak dilaporkan genteng di atap beberapa bangunan terjatuh karena guncangan.
"Sejumlah warga sempat berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri," ujar Riyadi.
Menurut Riyadi, gempa ini terjadi karena aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menghujam ke bawah lempeng Eurasia. Gempa ini masuk dalam klasifikasi gempa bumi menengah di Benioff Zone.
"Yaitu lajur lempeng tektonik yang sudah menukik. Hasil pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa ini memang tidak berpotensi tsunami," ucap Riyadi.
BMKG juga sempat memonitor gempa susulan atau aftershock dengan kekuatan 3,9 SR pada pukul 08.00 WITa, tak lama setelah gempa 5,6 SR terjadi pada pukul 07.10 WITa. BMKG mengimbau masyarakat di pesisir pantai untuk tidak panik atas peristiwa gempa ini.
"Tetap tenang dan jangan terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," imbuh Riyadi. (vid/rvk)