"Di situ juga bisa melihat nilai rela mengorbankan sesuatu. Lebih kepada rela berkorban untuk kepentingan umum," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Kolonel Alfret Denny Tuejeh saat dihubungi detikcom, Selasa (21/3/2017) malam.
Menurut Alfret, Ansar memiliki jiwa seorang prajurit TNI. Dia rela mengorbankan nyawa demi kepentingan bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Pratu Ansar yang Gugur dalam Tugas Tak Sempat Lihat Bayinya
Saat terjadi keributan namun belum ada polisi, prajurit TNI yang sedang berada di lokasi wajib menjaga keamanan. Ashar mengatakan masalah keamanan wilayah juga menjadi tanggung jawab TNI.
"Kalau TNI melihat hal serupa itu kan pasti turun tangan. Insting. Ya, mungkin secara legalitas itu menyangkut kepentingan umum yang menjadi tugas polisi. Tapi, selama kita berada di situ dan polisi belum ada, kita lakukan apa yang kita bisa supaya tercipta kondisi yang lebih baik," ujar Alfret.
Pratu Ansar meninggalkan seorang istri bernama Fatmawati dan seorang putri bernama Alifya Fadilla Rabbani. "Almarhum baru memiliki seorang putra usia 3 bulan," kata Kepala Penerangan Kodam XVI/Pattimura Kolonel Arh M Hasyim Lalhakim kepada detikcom, Selasa (21/3).
"Pak Pangdam sudah mempersiapkan asuransi pendidikan untuk anaknya Rp 100 juta. Jadi dia bertugas sebagai satgas selama setahun dan mulai bertugas Januari kemarin. Dalam penugasan itu, dia gugur dengan gagah berani," tutur Hasyim.
Selain Pangdam Pattimura, Panglima TNI memberikan santunan untuk keluarga Pratu Ansar. "Panglima TNI juga memberikan santunan kepada prajurit yang gugur dalam melaksanakan tugas sebesar Rp 400 juta," ucap Hasyim. (aik/rna)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini