Peta Konflik Makin Rumit, Suriah Dikhawatirkan Jadi 'Palestina Baru'

Peta Konflik Makin Rumit, Suriah Dikhawatirkan Jadi 'Palestina Baru'

Nograhany Widhi K - detikNews
Selasa, 21 Mar 2017 22:30 WIB
Presiden International Committee of the Red Cross Peter Maurer (Nograhany WK/detikcom)
Jakarta - Konstelasi konflik di negara-negara yang bertikai akhir-akhir ini semakin rumit. Salah satu contohnya adalah Suriah. Dikhawatirkan Suriah jadi 'Palestina Baru'.

Kekhawatiran itu diungkapkan Presiden International Committee of the Red Cross (ICRC/Palang Merah Internasional) Peter Maurer.

"Salah satu ketakutan terbesar saya adalah konflik jangka panjang Israel-Palestina bisa terjadi pada Suriah. Suriah adalah 'Palestina Baru'," kata Maurer saat berdiskusi dengan jurnalis di Hotel Mandarin Oriental, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (21/3/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maurer menyodorkan fakta-fakta bahwa 8-10 juta warga Suriah harus pergi dari tempat tinggalnya, dan 4-5 juta warga Suriah menjadi pengungsi ke luar negeri.

"Kita tidak tahu ke mana akhir konflik Suriah ini," imbuhnya.

Di Suriah, lanjut Maurer, ada puluhan pihak yang bertikai. Konstelasi konfliknya sangat rumit hingga mengalami perang berkepanjangan. Yang terkena dampak tentulah warga sipil tak bersalah.

"Dampaknya pada sistem kesehatan dasar, pendidikan dasar, hingga ekonomi. Apalagi perang ini bergeser ke kota besar Suriah, seperti Aleppo dan Homs, banyak infrastruktur yang rentan. Warga sangat bergantung pada infrastruktur itu, seperti pompa air, pembangkit listrik, hingga rumah sakit," jelas dia.

Apalagi ada gejala infrastruktur vital jadi target serangan, seperti serangan pembangkit listrik di Yaman atau serangan pada rumah sakit di Afganistan. Hal ini membuat banyak orang keluar dari negaranya menjadi pengungsi. Dampak sosialnya bisa dirasakan di seluruh dunia.

"Di dunia yang terpecah menjadi banyak ideologi ini, semakin beragam konflik yang dihadapi," tutur Maurer.

ICRC sendiri kini menghadapi tantangan bahwa bantuan kemanusiaan kini tak lepas dari isu politik. Padahal yang dilakukan ICRC adalah murni bantuan kemanusiaan.

Selain perang seperti di Suriah, ada pula kasus kekerasan komunitas yang melanda Amerika Latin, seperti di Guatemala dan El Salvador. Korban tewas di dua negara itu, menurutnya, lebih banyak ketimbang di Suriah.

"Itu karena kekerasan di komunitas, seperti perang geng narkoba. Kita dikuasai isu-isu kritis seperti ini sekarang ini," jelasnya.

Maurer mengatakan solusi di negara-negara konflik adalah kemauan politik dari aktor-aktor konfliknya sendiri. ICRC, imbuhnya, sudah puluhan tahun memberikan bantuan kemanusiaan kepada beberapa negara konflik, seperti di Irak, Iran, Afganistan, yang masih harus berjuang memulihkan 'luka perang' sejak puluhan tahun lalu yang diderita oleh warga sipil. Apalagi konflik-konflik baru, seperti di Suriah, pemulihannya, menurut Maurer, pasti akan sangat lama ke depannya. (nwk/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads