"Satu-satunya pondok pesantren yang tersisa dari Wali Songo ya cuma Sunan Drajat ini. Delapan lainnya sudah hilang," kata Abdul Ghofur di Ponpes Sunan Drajat di Jalan Sunan Drajat, Banjarwati, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (21/3/2017).
"Lain dengan seperti di India, peninggalan di India masih banyak. Jadi, kalau saya cari bacaan atau sesuatu tentang Wali Songo, harus ke Belanda sana. Karena yang di sini sudah dihancurkan atau dibawa ke sana," sambung orang yang mulai mengelola ponpes sejak 1977 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ghofur mengatakan, dalam menjalankan pesantrennya, dia ingin mengaplikasikan ilmu agama bersamaan dengan ilmu ekonomi. Dengan nada bercanda, ia menyebut dirinya bukan seorang kiai.
Namun Ghofur menyamakan dirinya dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, yang merupakan pengusaha.
"Saya bukan kiai, saya sama dengan Pak Surya Paloh, yang merupakan orang pandai kerja. Tapi saya menjadi kiai karena keturunan keluarga," ujarnya.
Hal itu juga yang ditularkan Ghofur kepada santri dan masyarakat di sekitar ponpes. Selama ini, Ponpes Sunan Drajat sudah menjalankan ekonomi mandiri, seperti pengolahan air mineral, pembuatan garam dapur, pembuatan kapal laut, pabrik fosfat, hingga pengolahan kemiri sunan menjadi biodiesel.
![]() |
Atas kedatangan Surya Paloh, Ghofur pun mengajaknya bekerja sama mengembangkan Ponpes Sunan Drajat. Ghofur mengatakan, sebelumnya banyak menteri yang datang ke sini.
"Saya ingin sekali Bapak, lewat pondok, buat perusahaan besar. Saya ingin agar masyarakat di sini dapat berorientasi kerja, kerja, kerja. Saya butuh sekali tartar kerja. Supaya fiddunya hasanah, urusan dunia, Bapak yang tanggung jawab supaya gemah ripah loh jinawi. Saya urusannya fil akhiroti hasanah, urusan saya di pondok. Supaya semuanya terpenuhi masalah dunia dan akhirat," ungkapnya.
Di lokasi yang sama, Paloh menyatakan kagum atas pesantren yang berumur sekitar 600 tahun ini. Menurutnya, paduan antara ilmu dan ekonomi harus terus dipertahankan.
"Bagaimana memadukan kebutuhan duniawi yang harus dipersiapkan untuk hari esok di akhirat nanti. Ini pemikiran yang cukup baik untuk terus-menerus dipertahankan," kata dia.
Paloh, yang dalam kesempatan ini diangkat sebagai tamu dan warga kehormatan ponpes, merasa memiliki tanggung jawab moral. Namun, ia mengaku sudah tidak berniat berdagang. Paloh malah balik menyebut Ghofur sebagai sosok yang harus ditiru.
"Saya kagum pada Bapak. Saya mulai bisnis 14 tahun. Usia saya sekarang 66 tahun. Tapi semangat kerja, semangat entrepreneurship saya kalah dari pimpinan pondok pesantren ini. Jadi, karena saya kalah, harusnya saya belajar kepada Pak Abdul Ghofur," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, Kepala Bidang Kependidikan Yayasan Ponpes Sunan Drajat, Machsun Haji, mengatakan, dalam menjalankan usaha, para santri diikutsertakan di dalamnya. Hal ini juga bagian dari praktik agar para santri memiliki keterampilan kerja.
"Misal dalam pembuatan kapal, siswa ikutan membuat. Kita membuat kapal dengan ukuran 40 gross ton. Kemarin sudah diluncurkan dua kapal untuk patroli laut. Satu lagi kapal yang akan dikirim ke Natuna. Tapi masih dalam pembuatan," ujarnya.
Satu hal yang terus dikembangkan adalah biodiesel hasil pengolahan kemiri sunan. Hasil olahan kemiri sunan ini dikatakan lebih bagus hasilnya dibandingkan dengan biodiesel dari buah jarak yang pernah menjadi proyek pembaruan energi nasional.
Proyek ini sudah dimulai dari tahun 2006 melalui riset. Hingga akhirnya pada 2010 biodiesel ini sudah dapat dihasilkan. Saat ini Ponpes Sunan Drajat pun sudah bekerja sama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan beberapa universitas dari luar negeri.
"Kemiri sunan itu beracun. Tidak dapat dimakan. Perasan daunnya saja sudah bisa untuk pemberantasan hama. Tapi buahnya bisa dibuat jadi biodiesel. Sudah dikembangkan di ITS. Nanti selama 5 tahun ditanam dari bibit cangkokan sudah bisa berbuah. Nanti berbuah tiap tahun. Ini energi yang terbarukan. Usianya bisa sampai 150 tahun," papar Machsun.
Machsun mengatakan total santri di ponpes ada 12 ribu. Di ponpes itu dibuka pendidikan dari tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini hingga pendidikan tinggi. Selain bahasa Indonesia dan bahasa Arab, di ponpes ini santri juga didorong agar mahir dalam bahasa Inggris. (jbr/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini