Eraser challenge memang berbahaya karena menantang remaja melakukan aksi yang dapat merusak kulit mereka. Aksi eraser challenge ini pun kini menjadi viral di media sosial. Sejumlah media pemberitaan di luar negeri juga menyoroti tantangan tersebut.
Remaja yang mengikuti eraser challenge harus menulis sejumlah huruf di tangan, lalu dihapus sekencang-kencangnya menggunakan penghapus. Akibatnya, kulit mereka bisa terluka, bahkan yang lebih ngeri bisa sampai berdarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita menganalisis mulai dari skip challenge dan yang terbaru ini (eraser challenge) murni mengandung kekerasan. Kita nilai permainan itu bukanlah permainan yang kreatif untuk membangun karakter anak. Permainan itu mengedepankan kekerasan," ujar Arist saat berbincang dengan detikcom, Selasa (21/3/2017).
"Dan alasan apa pun, mau di rumah atau di sekolah, harus dihentikan karena berdampak negatif," lanjutnya.
Peran orang tua penting untuk mencegah anak-anak mereka agar tidak mudah mengikuti segala bentuk fenomena tantangan di media sosial. Salah satu caranya adalah membekali anak-anak dengan pendidikan moral dan agama.
"Orang tua harus bersiap untuk mengatakan 'tidak' pada permainan yang mengandung kekerasan. Orang tua harus mempersiapkan anak. Pemerintah juga harus memberikan pemberdayaan bagi keluarga agar mampu membekali anak supaya bisa menghadapi tantangan teknologi yang dihadapi," jelas Arist. (nkn/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini