Mereka yang Mengaku Tuhan, dari Dimas Kanjeng hingga Sabar Nababan

Mereka yang Mengaku Tuhan, dari Dimas Kanjeng hingga Sabar Nababan

Hestiana Dharmastuti - detikNews
Selasa, 21 Mar 2017 11:24 WIB
Mereka yang Mengaku Tuhan, dari Dimas Kanjeng hingga Sabar Nababan
Foto: Sabar Nababan/Facebook Sabar Nababan
Jakarta - Pengakuan dosen Universitas Mataram, Sabar Nababan, sebagai Tuhan untuk agama baru Agama Angkasa Nauli (AAN) membuat heboh. Tidak hanya kasus Sabar, publik pernah dihebohkan oleh pengakuan sejumlah orang sebagai Tuhan, ini 4 kisahnya:

Terbaru, Sabar Nababan mengaku sebagai Tuhan dari AAN lewat media sosial. Kepolisian turun tangan dan memeriksa Sabar. Namun, Sabar dinyatakan
schizofrenia sejak 2015.

Sebelum Sabar, ada sejumlah orang yang mengaku sebagai Tuhan. Mereka di antaranya Indra Okta Permana dari Balaraja Tangerang, pemimpin aliran Satria Piningit Weteng Buwono Agus Imam Solichin, dan Dimas Kanjeng Taat Abadi dari Probolinggo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka yang mengaku sebagai Tuhan dan menyebarkan ajaran sesat ini telah diproses hukum karena telah menodai agama. Mereka diancam hukuman maksimal 6 tahun penjara bahkan ada yang telah divonis 2,5 tahun penjara.


Berikut kisah mereka yang mengaku Tuhan:

Sabar Nababan

Foto: Sabar Nababan/Facebook Sabar Nababan
Seorang dosen di Universitas Mataram (Unram), Sabar Nababan, mengaku dirinya sebagai Tuhan sebuah agama baru Agama Angkasa Nauli (AAN). Pihak Kepolisian Resor Mataram mengatakan Sabar mengidap schizofrenia atau kelainan mental jangka panjang.

"Kami mendapatkan surat dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB, yang isinya bahwa yang bersangkutan mengidap schizofrenia sejak 2015," ujar Kapolres Mataram AKBP Muhammad kepada detikcom, Selasa (21/3/2017).

Sabar Nababan bikin heboh media sosial, terutama di Facebook karena pengakuannya sebagai Tuhan dari AAN. Banyak yang berkomentar negatif terhadap Sabar, tak sedikit pula yang memilih untuk menganggapnya sebagai candaan.

Sabar telah dimintai keterangan pada Senin (20/3) kemarin. Sejauh ini tidak ada proses hukum terhadapnya, hanya diminta tetap melapor ke polisi.

Muhammad menambahkan, pihaknya akan terus memantau aktivitas Sabar terkait pengakuannya sebagai Tuhan dan agama baru tersebut. "Iya, kami pantau dan awasi terus kegiatannya, dikhawatirkan nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ungkapnya.

Sampai saat ini, menurut Muhammad, tidak ada kegiatan khusus yang menyangkut keagamaan di rumah Sabar. Sabar juga tidak memasang spanduk atau mengajak orang untuk pidah ke 'agama' baru tersebut. "Enggak ada spanduk. Orang juga enggak ada yang begitu peduli, hanya ramai di medsos saja," tandasnya.

Dimas Kanjeng

Foto: Rofiq/detikcom
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur bersyukur kedok Dimas Kanjeng terbongkar. Bila tidak, bisa jadi pria tambun tersebut bakal mengaku sebagai nabi, bahkan Tuhan.

MUI Jatim menemukan banyak bacaan istigasah yang tidak cocok di padepokan itu bila dibandingkan dengan istigasah yang lain. MUI Jatim juga menemukan bahwa Dimas Kanjeng kerap berkata bahwa ia adalah Tuhan, suatu ucapan yang sangat tidak pantas.

"Ucapannya kira-kira seperti ini, 'Ingsun iki (saya ini) Tuhan.' Itu kan sama saja seperti ajaran Syeh Siti Jenar yang mengajarkan wahdatul wujud yang berarti orang itu adalah zat Tuhan itu sendiri," ujar Ketua MUI Jatim Abdusshomad Buchori kepada detikcom, Minggu (25/9/2016).Selain itu, Abdusshomad juga menemukan apa yang disebut sebagai selawat fulus di dalam istigasah yang digelar Padepokan Dimas Kanjeng. Secara arti kata, fulus adalah uang. Namun Abdusshomad enggan mengartikan itu.

"Artikan saja sendiri. Saya ada itu bacaannya, tapi enggak hafal. Dan bacaan itu nggak ada di kitab manapun. Itu cuma gawen-gawen (dibuat-buat) saja," lanjut Abdusshomad.

Dimas Kanjeng kini masih menjalani proses persidangan kasus pembunuhan mantan santrinya dan kasus penipuan di Pengadilan Negeri Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Indra Okta Permana

Foto: Alamsyah/detikcom
Indra Okta Permana (35) alias Raden warga Kampung Cisoka Balaraja, Tangerang mengaku sebagai perwujudan Tuhan. Dia dihakimi massa di Kampung Gunungkarang Sukabumi, Jawa Barat karena kedapatan meminta salah seorang warga untuk membakar kitab suci Alquran.

Raden dianiaya hingga pingsan, beruntung nyawa pemuda pengangguran itu berhasil diselamatkan oleh aparat kepolisian dari Polres Sukabumi Kota.

Menurut keterangan polisi, pelaku kepada warga setempat mengaku sebagai perwujudan Tuhan. Dia menyebarkan ajaran sesat kepada satu keluarga dengan meminta kepada penganutnya itu untuk menyembah matahari dan tidak menjalankan ibadah salat.

"Pelaku mendatangi kediaman Agus Wahyudin warga Gunungkarang, di sana pelaku mengaku sebagai perwujudan Tuhan. Saat itu dia seperti terhipnotis, saudara Agus ini mengiyakan setiap apa yang diucapkan oleh pelaku," ujar Kasatreskrim Polres Sukabumi Kota AKP Sulaeman Salim kepada detikcom, Selasa (25/8/2015) sekitar pukul 08.15 WIB.

Puncaknya pada Senin (24/8) sekitar pukul 15.00 WIB, pelaku bersama dua saudara Agus yang lain yaitu Tatang dan Dewi menuju ke sebuah bukit. Di sana kakak beradik tersebut 'dibaiat' oleh pelaku dengan melarang salat dan dilarang membaca Alquran.

"Si Raden ini meminta ketiga korban untuk bersujud dan menyembah matahari, saat ketiganya bersujud si pelaku menginjak badan korban berulangkali dan memukul punggung korban dengan maksud agar ketiganya bertaubat," lanjut Sulaeman.

Tidak cukup di situ, pelaku kemudian meminta Agus yang masih terpengaruh ucapannya untuk membakar Alquran. Rupanya ritual sesat pelaku diketahui oleh warga, yang langsung menghajar pelaku. Polisi berdatangan, dan langsung membawa pelaku ke Mapolres Sukabumi Kota.

Sementara itu Kepada penyidik, pelaku mengakui semua perbuatannya. Menurutnya maksud dari ritual membakar Alquran itu adalah membuktikan keyakinan korban bahwa perwujudan tuhan itu ada pada tiap diri manusia, jadi tidak perlu lagi ada pegangan berupa kitab suci.

"Semua sifat dan perwujudan tuhan itu ada pada manusia, buat apa baca Alquran jadi saya minta ke Agus buat dibakar saja," alasan pelaku kepada penyidik.

Pelaku diancam dengan pasal penistaan agama dan penganiayaan, dengan ancaman hukuman selama 6 tahun penjara. "Kita akan kembangkan lagi untuk mencari unsur-unsur lainnya, kita amankan sejumlah barang bukti salah satunya sisa Alquran yang dibakar," tutup Sulaeman.


Agus Imam Solichin

Foto: Dokumentasi detikcom
Pemimpin aliran Satria Piningit Weteng Buwono, Agus Imam Solichin, mengklaim dirinya sebagai Tuhan sejak 2005-2006. Agus juga mengaku titisan Soekarno.

"Agus telah melalui 2 tahap yaitu sebagai imam mahdi tahun 2003-2004 dan mengaku sebagai Tuhan tahun 2005-2006," kata Eko (24), salah seorang pengikut.

Hal itu disampaikan Eko kediamannya sekaligus markas Satria Piningit Weteng Buwono, Kebagusan 2 RT 10 RW 06, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (28/1/2009).

Karena telah mengaku sebagai Tuhan, menurut dia, Agus mengajak pengikutnya untuk meninggalkan salat. "Ngapain kalian salat, ngapain kalian puasa karena saya sudah wujud. Dengan sabar juga telah berpuasa," ujar Eko menirukan ucapan Agus.

Eko mengatakan, Agus mengaku sebagai titisan Soekarno pada 6 Juni 2008. Pengamatan detikcom, puluhan gambar mantan Presiden Soekarno tampak dipajang di lantai 2. Ada juga alat-alat musik seperti gitar dan piano.

Agus telah divonis 2,5 tahun bui.
Halaman 2 dari 5
(aan/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads