Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan Tugu Pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang
Sepenggal bait lagu 'Sore Tugu Pancoran' yang dirakit Iwan Fals itu populer pada 1980-an. Menceritakan soal perjuangan si Budi, anak yang berjualan koran selepas sekolah di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. Demi menjajakan koran, Budi rela kehujanan, bahkan tanpa jas hujan.
Kini 37 tahun kemudian, cerita mirip tentang si Budi seperti yang dinyanyikan Iwan Fals ada lagi. Adalah Abil Alifudin, yang kini duduk di kelas IV SDN 09 Tanjung Barat memiliki cerita mirip si Budi dalam lagu Iwan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selepas sekolah, Abil berjualan tisu dan aneka jajanan di depan sebuah kampus perguruan tinggi di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Dengan masih mengenakan seragam sekolah, dia menjajakan dagangan. Panas terik matahari, bahkan hujan, dia abaikan.
Bahkan meski orang tua dan saudara sudah melarang, Abil tetap berjualan. Semua demi membeli kebutuhan sekolah dan membantu sang ibu.
![]() |
Widi, kakak sulung Abil, kerap melarang Abil berjualan. Bahkan dia sempat menemui adiknya berjualan di tengah hujan hingga tak kuasa sedihnya ditahan.
"Saya tuh sudah melarang Abil untuk jualan, cuma Abil-nya yang terus berjualan. Bahkan sempat saya tuh temui dia hujan-hujan dia pakai kantong plastik di kepalanya dan semua kardus jualannya basah. Saya langsung suruh pulang, tapi dia nggak mau," kata Widi saat ditemui detikcom di rumah kontrakannya di Gang H Toncit, Jagakarsa, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Minggu (19/3/2017).
Bukan hanya Widi, Bahar (kakak ipar Abil) juga melarang Abil berjualan. Kalaupun Abil tetap berjualan, mereka menyarankan Abil berganti baju lebih dulu. "Kita sudah bilang, kalau mau jualan, pulang dulu ke rumah dan ganti baju. Tapi kadang dia
nggak pulang, langsung aja jualan," tutur Widi.
Ayah Abil, Aep Saepudin, juga mengaku telah melarang Abil untuk berjualan. Namun keinginan Abil berjualan sangat kuat.
"Saya sebagai orang tua udah larang dia berjualan karena dia kan masih kecil, jadi takut disalahgunakan sama orang-orang," ujar Aep.
Menurut Aep, Abil memang mempunyai sifat pantang menyerah jika memiliki keinginan. Termasuk keinginannya berjualan agar bisa membeli perlengkapan sekolah dan bermain warnet seperti teman-teman sebayanya.
Namun Aep selalu berpesan kepada Abil agar tetap mengutamakan sekolah. "Ibaratnya mah saya udah ngasih kesempatan dia untuk berjualan. Saya tuh udah berulang-ulang kali bilang jangan jualan, tapi tetap saja jualan. Abil ini emang paling gigih dan nggak maluan untuk jualan dibanding kakak-kakaknya," kata Aep.
Aep dan istrinya juga berjualan jajanan ringan untuk anak SD. Dia berjualan di SD 05 Tanjung Barat dengan penghasilan Rp 50-100 ribu per hari.
"Saya jualan juga sama istri saya di SD 05. Abil saya kasih uang saku per hari 5.000. Namun, karena dia mau bantu saya juga, jadi dia berjualan," katanya. (lkw/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini