Polisi Soroti Budaya Tak Acuh Pengguna Lift soal Aturan

Polisi Soroti Budaya Tak Acuh Pengguna Lift soal Aturan

Elza Astari Retaduari - detikNews
Sabtu, 18 Mar 2017 10:20 WIB
Ilustrasi (Zaki Alfarabi/detikcom)
Jakarta - Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya ada 5 kali insiden jatuhnya lift. Salah satu penyebab kecelakaan di lift adalah tidak disiplinnya pengguna terhadap peringatan.

"Ada juga karena budaya si pengguna lift tidak peduli dengan adanya buzzer, saat overload tidak turun. Lift tertutup tidak secara maksimal," ungkap Kanit Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Budi Hermanto saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (17/3/2017) malam.

Meski begitu, tidak semua penyebab kecelakaan lift adalah tidak disiplinnya pengguna. Faktor teknis ataupun perawatan dari pihak pengelola juga bisa menjadi penyebab lift jatuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari pengelola gedung apakah ada kelalaian di situ, perawatan kurang, apakah lift tidak layak. Yang terdahulu memang ada karena budaya masyarakat," ujarnya.

Untuk itu, Budi pun mengimbau masyarakat agar disiplin dan bersabar apabila lift penuh. Masyarakat diminta mematuhi ketentuan yang berlaku. Di setiap lift dipastikan sudah terpasang norma-norma ketentuan yang dimaksud.

"Imbauan pada masyarakat agar kita antre di situasi seperti itu. Harus berlakukan norma dan ketentuan yang ada, disiplin. Karena dengan norma dan ketentuan disiplin akan berdampak terhadap keselamatan diri sendiri dan orang banyak," terang Budi.

"Biasanya kalau di mal ada yang jaga, tapi ada yang nggak ada juga. Kita bisa lihat berapa kilogram maksimum beratnya, atau juga ada yang 15 person," imbuhnya.

Pengguna lift pun diminta mengkalkulasi berat dari semua yang berada di dalam lift, selain menghitung jumlahnya. Terkadang ada pengguna lift yang berat badannya cukup besar sehingga bisa saja belum berjumlah 15 orang, lift sudah kelebihan muatan.

"Kalau sudah lewat atau jumlah sedikit bobot besar harus bisa kalkulasi. Kalau buzzer bunyi, orang terakhir harus keluar," imbau Budi.

Pihak kepolisian juga meminta masyarakat mengutamakan budaya antre di mana pun berada, termasuk di lift. Tak hanya itu, Budi pun mengingatkan pengguna lift lebih mendahulukan anak-anak atau penyandang disabilitas.

"Di lift sudah ada pemberitahuan juga mendahulukan ibu hamil. Orang cacat, anak-anak. Lalu mendahulukan yang keluar dulu, baru masuk," kata dia.

Seperti diketahui, lift di Blok M Square, Jakarta Selatan, terjatuh dan menyebabkan 25 penumpang terluka. Dugaan awal, lift jatuh karena kelebihan muatan.

Sebelum ini, pada 20 Januari lalu, lift di gedung BRI II jatuh dari lantai 3 ke lantai dasar dan menyebabkan dua orang terluka. Lalu pada 19 Juni 2016, lift di gedung Instalasi Rawat Inap Teratai RS Fatmawati jatuh dari lantai 4 ke lantai 1, yang menyebabkan seorang pengguna mengalami retak tulang kaki.

Kemudian pada 10 Desember 2015, lift privat gedung Nestle jatuh dari lantai 7 hingga 3 di perkantoran Hijau Arkadia. Dua orang tewas dan satu orang terluka akibat peristiwa ini. Terakhir, dalam kurun 3 tahun, lift di Apartemen Taman Kemayoran, Jakarta Pusat, jatuh dari lantai 8 ke lantai dasar gedung dan menyebabkan 9 orang terluka.

(elz/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads