Salah satu legenda dari penerbang Skyhawk adalah Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia. Sejak menjadi penerbang pada tahun 1981, Putu selalu menerbangkan Skyhawk hingga pensiun menjadi penerbang pada tahun 1999.
"Dari mulai masuk TNI AU, tahun '81 sampai saya pensiun sebagai penerbang tahun '99 ya itu saja pesawat saya," ujar Putu membuka ceritanya di Museum Satria Mandala, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (14/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 24 tahun pengabdiannya, sudah banyak sekali operasi yang dilakukan Skyhawk. Namun mungkin yang paling cukup terkenal adalah saat Skyhawk digunakan TNI AU dalam operasi seroja di Timor Timur hingga pertengahan tahun 1987.
Putu adalah salah satu penerbang yang ikut dalam operasi tersebut. Saat itu, Skyhawk digunakan untuk melakukan serangan udara untuk menghalau pasukan Australia yang memasuki wilayah Timor Timur sebelum akhirnya lepas dari Indonesia.
"Saya di sana pada waktu operasi di Timor Timur, itu sejarah. Serangan udara. Mereka ada di hutan-hutan, katanya begitu. Karena darat kan beri tahu di sini begitu, saya melaksanakan itu," kisah Putu.
Tentu saja tembakan dari udara dilancarkan agar musuh tidak merangsek masuk. Menurut Putu, ada sejumlah personel pasukan Australia yang tumbang akibat serangan udara TNI AU dengan Skyhawk.
"Sesuai kebutuhan saat itu. Pada saat itu kan perang. Saya tidak melihat (korban) karena di hutan-hutan. Tapi katanya ada," ujar mantan KSAU itu.
Pesawat Skyhawk sendiri dalam perjalanannya tak hanya mengisi kekuatan Skadron 11. Pada tahun 1983 setelah pengaktifan kembali Skadron 12, pesawat buatan pabrik Mc Donnell AS ini juga menjadi kekuatan tempur taktis di Lanud Iswahyudi hingga akhirnya Skadron 12 dipindahkan ke Pekanbaru. Kemudian Skadron 11 dipindahkan ke Makassar.
Thunder Family sendiri sudah berusia 50 tahun. Mereka yang tergabung pada Thunder Family merupakan penerbang maupun kru dari pesawat Skyhawk dan pendahulunya di Skadron 11. Sejak purna-tugas, Skyhawk kini digantikan oleh pesawat Sukhoi.
"Sekarang mereka melanjutkan Thunder, yang lain biasanya punya panggilan lain," kata Putu.
Kepada para penerusnya, marsekal purnawirawan itu memiliki pesan. Agar para penerbang dan kru bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal sehingga bisa kembali ke keluarga masing-masing setelah selesai menjalankan misi operasi. Apalagi mengingat banyaknya kejadian kecelakaan pesawat beberapa waktu belakangan.
"Pelajari dengan teliti sistem penerbangan sehingga bisa maksimal bisa mengoperasikannya sesuai dengan pesawat. Kita manusia adalah makhluk darat dan makhluk siang. Sedangkan penerbang makhluk udara dan kadang-kadang malam juga jadi perlu kehati-hatian agar selamat," ujar Putu.
"Utamakan profesionalisme dalam mengendalikan, kedua juga spritualitas agar bisa mencapai yang profesional itu tadi," imbuhnya.
Selain Putu, salah satu yang tergabung dalam Thunder Family adalah Marsdya (Purn) FHB Soelistyo. Berbeda dengan Putu, mantan Kabasarnas itu tak lama menjadi penerbang Skyhawk meski masih sempat ikut pada operasi Seroja.
"Saya tidak terlalu lama dengan pesawat ini, hanya sekitar 1.400 an jam, setelah itu Letnan satu saya dikirim sekolah instruktur di Yogyakarta saya pindah ke pesawat Hawk di Madiun, sampai ada tim aerobatiknya itu," ungkap Soelistyo di lokasi yang sama.
"Pesawat ini operasi waktu Timtim, saya masuk di dalamnya. Selama kurang 3 tahun saya menggunakan pesawat ini di Bakau, Timor Timur," lanjut dia.
Soelistyo menjelaskan mengenai tugasnya pada misi operasi di Timtim. Yakni operasi bantuan tembak udara untuk tim yang bertugas di darat. Dengan bantuan dari udara, itu memungkinkan pergerakan tim darat.
"Kita yang bukain jalan. Juga untuk menghancurkan sasaran yang bersifat strategis. Bukan hanya membantu tapi kita juga dikasih target di mana lokasi. Maka musuh akan berkurang kemampuan dan kekuatannya. Itu tugas kita, serangan udara strategis," sebut mantan Pangkohanudnas tersebut.
Selain operasi Seroja, Pesawat Skyhawk juga melaksanakan sejumlah operasi satuan dan ikut dalam latihan bersama dengan negara-negara sahabat. Setelah tak lagi ada perang, tugas pesawat Skyhawk kemudian dititikberatkan pada operasi patroli udara untuk memantau kemungkinan adanya penyusup dari pihak asing ke wilayah kedaulatan NKRI. Terutama untuk menjaga stabilisasi pertahanan dan keamanan di wilayah corong barat dan timur yang terkenal rawan.
"Tugas pokok kedaulatan harus dijaga, dan kewibaan pemerintah Indonesia yang memiliki kedaulatan itu juga harus dipelihara. Dipeliharanya saat masa damai itu pada saat pelanggaran. Maka Kohanudnas selalu melakukan patroli, searching dengan radar, penyergapan," tegas Soelistyo.
Peresmian monumen dilakukan oleh KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto. Acara tersebut menurutnya merupakan penghargaan TNI AU kepada para senior, khususnya yang mengabdikan diri untuk negara dengan bertugas menerbangkan pesawat Skyhawk.
"Nilai itulah yang akan kita wariskan kepada generasi penerus. Sehingga saya memilih lokasi menampakkan pesawat ini di Museum Pusat Satria Mandala di Jakarta sehingga generasi penerus bisa melihat secara langsung pesawat yang pernah diterbangkan dan berkiprah di wilayah udara nasional dan pada saat itu semua dapat dilaksanakan dengan baik dan membanggakan," terang Hadi.
Tak hanya di Jakarta, monumen Skyhawk juga ada di AAU dan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Hadi menyebut, nantinya TNI AU akan secara bertahap menjadikan pesawat yang telah purna-tugas sebagai monumen.
"Karena lokasi juga terbatas sehingga pilihan kami pada waktu itu jatuh pada pesawat ini. Karena pesawat ini sejarah nya pada waktu itu memang benar-benar harus kita berikan kepada generasi penerus, terutama nilai-nilai kejuangannya," tutup marsekal bintang empat itu. (elz/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini