"PBNU nggak bisa dukung-mendukung. NU itu bukan partai politik. Akan tetapi, dengan silaturahmi, kita sudah ada silatul amal. Ada hubungan, menyamakan persepsi, menyamakan visi-misi yang pas untuk kepentingan semuanya," ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya No 164, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2017).
Hary Tanoe mendampingi Anies-Sandi bersilaturahmi ke PBNU. (Noval Dhwinuari Antony/detikcom) |
Selain tidak boleh berpolitik, NU dikatakan Aqil, juga tidak boleh ikut kegiatan kampanye cagub-cawagub. Namun, jika ada perseorangan dari NU yang ikut kampanye, hal tersebut boleh saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai pesan disampaikan kepada Anies-Sandi dalam pertemuan tersebut. Selain pesan untuk pendidikan, NU berpesan kepada Anies-Sani soal radikalisme.
"Kalau Pak Anies jadi gubernur, membangun Islam yang moderat, Islam yang bermartabatlah, bukan Islam yang abal-abal, yang emosional. Islam yang bermartabat dan berbudaya," jelas Aqil.
"Dan saya yakin beliau mantan rektor, mantan menteri, intelektual (lulusan) Amerika. Saya yakin beliau pandangannya sama. Ini bukan pertemuan yang pertama. Waktu ia rektor sudah ketemu. Sebelum menteri, waktu Menteri, sudah bertemu," sambung Aqil.
Anies dan Sandiaga hadir di PBNU bersama Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo. Anies mengatakan, dalam pertemuan tersebut pihaknya meminta doa restu dan nasihat menuju Pilgub DKI putaran kedua. Aqil, dikatakan Anies, juga menyampaikan pasan soal keadilan dan ketimpangan yang ada di Jakarta.
"Soal lapangan pekerjaan supaya jadi perhatian, juga kesehatan dan harus mengayomi semuanya. Harus menjaga persatuan kerukunan. Insyaallah nanti amanah itu kita bawa, dan dengan pesan tadi kami jadi lebih mantap untuk serius, bahwa Jakarta milik semuanya," pungkas Anies. (nvl/imk)












































Hary Tanoe mendampingi Anies-Sandi bersilaturahmi ke PBNU. (Noval Dhwinuari Antony/detikcom)