Tiga pendiri PUI tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ketiga pendiri PUI itu adalah Ahmad Sanusi, Abdul Halim, dan Mr Rd Syamsuddin.
Karena itu, tidak ada alasan untuk mencurigai, apalagi menuduh, umat Islam Indonesia antitoleransi. Terbukti, sejak berdirinya Indonesia, banyak tokoh dan masyarakat Islam yang berjuang untuk berdirinya Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR di hadapan anggota Persatuan Umat Islam Wilayah DKI Jakarta. Acara tersebut berlangsung di Sekretariat Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Umat Islam DKI Jakarta, Jl Galur Jaya, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2017).
Karena itu, munculnya fenomena dalam Pilkada Jakarta yang mengatakan umat Islam antitoleransi sangat tidak tepat. Tuduhan tersebut disampaikan orang yang tidak bertanggung jawab serta tidak mengenal sejarah pengorbanan umat Islam terhadap bangsa dan negara Indonesia.
![]() |
Dalam kesempatan itu, Hidayat mengingatkan soal pentingnya dunia pendidikan. Menurutnya, pendidikan merupakan sarana untuk memajukan masyarakat.
Karena itu, PUI harus senantiasa memperhatikan persoalan pendidikan. Apalagi pendidikan merupakan salah satu tugas pemerintah yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
"Tidak benar kalau ada ancaman, jika calon gubernur ini tidak jadi, maka program pendidikan akan berhenti. Ancaman itu tidak berlaku dan sangat menyesatkan," kata Hidayat.
Bagi anggota Persatuan Umat Islam, kawasan Galur Jaya, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, adalah wilayah yang istimewa. Sebab, di sinilah dulu pendiri PUI Ahmad Sanusi menjadikan Galur Jaya sebagai wilayah dakwah selama dijadikan tahanan oleh pemerintah Belanda. (ega/ega)