Bedi (30) yang ditemui detikcom mengatakan di kampungnya memang dikenal sebagai pengrajin cincin emas. Menjelang bulan puasa, biasanya pesanan pembuatan cincin, gelang dan kalung emas mulai datang.
Pengusaha toko emas dari Serang seperti Pasar Rau, Pasar Ciruas atau dari Cilegon biasanya datang ke kampung ini. Mereka memberi orderan agar pengrajin membuat cincin sesuai pesanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena keahlian membuat cincin atau kalung emas sudah turun-temurun, Bedi mengaku pesanan sudah pasti akan datang begitu bulan puasa datang. Dalam satu periode pembuatan, jika ditotal menurutnya mungkin ia sudah mengerjakan 1 kilogram emas.
Pemesan yang datang ke kampung Cibagus, juga biasanya sudah saling mengenal. Langganan datang memberi emas batangan. Bisa emas murni 24 karat, atau emas yang sudah dicampur tembaga 22 karat yang di sini disebut Emas Singapura. Pemesan tinggal memberikan catatan berapa gelang atau cincin yang akan dibuat berikut kadar gramnya.
Jika sudah disepakati berapa cincin, gelang atau kalung, pengrajin mulai memanggil karyawan atau pemuda yang sudah biasa membantu. Bengkel atau galeri pembuatan kadang di kamar dalam rumah.
"Ada ruangan kayak bengkel. Pembuatannya semua manual," ujarnya.
Harga pembuatan untuk 1 cincin dan kalung, pengrajin di kampung Cibagus mendapat Rp 25 ribu. Namun, jika ukiran cincin atau kalung adalah pesanan dan dibuat khusus, biasanya Bedi memberi patokan harga. Menurutnya itu bisa sampai ratusan ribu.
"Sekitar Rp 25 ribu per cincin. Mau berapa saja kadar gramnya. Itu sudah sistem di sini. Untuk kita yang membikin," jelas Bedi. (bri/irm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini