Kondisi ini dikeluhkan oleh pejalan kaki. Trotoar yang seharusnya menjadi fasilitas bagi pejalan kaki, justru dipakai untuk 'mangkal' ojek online dan ojek pangkalan.
Salah satu akun Facebook Alfa Arie Riyadhi mengeluhkan kondisi tersebut. Ia mencurahkan keluhannya itu melalui grup publik 'Info Depok' pada Rabu (8/3) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Selamat Malam
Adakah merasakan hal yang sama seperti saya ketika hak pejalan kaki dan jalur sepeda yang digaungkan ternyata tidak berjalan dengan semestinya bahkan dinas yang bertugas menertibkan pun menutup mata bahkan membiarkan... Pagi ini Margonda Raya Saya berjalan disamping mobil yang lalu lalang... Bahkan Halte pun tidak dapat digunakan
Selamat Datang di Kota Yang Bersahabat," tulis akun facebook Alfa Arie Riyadhi seperti dilihat detikcom, Kamis (9/3/2017).
Alfa juga memposting sejumlah foto-foto di grup tersebut. Dari foto-foto tersebut, tampak jelas barisan motor-motor yang berdiri di atas trotoar bahkan diparkir di jalur sepeda.
Ironisnya lagi, motor Dinas Perhubungan (Dishub) pun ikut nangkring di lokasi larangan parkir. Foto lainnya, tampak pejalan kaki harus berjalan kaki di median jalan karena tidak bisa melangkahkan kaki di atas trotoar yang sesak motor itu.
A friendly city. Begitulah Wali Kota Depok Idris Ahmad Somad menjuluki kotanya itu. Namun julukan itu nampaknya tidak sesuai dengan realitanya.
Trotoar yang menjadi hak pejalan kaki, kini tidak lagi ramah bagi warga Depok. Sepanjang Jl Margonda Raya, selain Pedagang Kaki Lima (PKL), trotoar juga digunakan pengojek untuk mangkal.
Garis kuning pada bahu jalan adalah jalur khusus sepeda kayuh. Namun, pesepeda pun nampaknya tidak bisa menikmati jalurnya sendiri.
Kondisi inilah salah satunya yang menyebabkan Jl Margonda Raya menjadi macet hampir di setiap waktu, tidak hanya pada jam kerja dan pulang kerja. Kemacetan diperparah dengan adanya PKL dan juga Angkot yang ngetem di median jalan.
Lalu sampai kapankah kondisi ini akan dibiarkan? (mei/dnu)












































